TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menegaskan fundamental keuangannya tetap dalam kondisi solid walau nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah.
“Fundamental keuangan Tower Bersama dalam keadaan sehat. Semua pinjaman TBIG dalam dolar AS sudah dilakukan lindung nilai (hedging) baik mata uangnya maupun suku bunganya,” ungkap Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso, Senin (24/8/2015).
Diungkapkannya, perseroan telah melakukan hedging terhadap seluruh tenor pinjaman hingga 2022. “Jadi fluktuasi dolar AS tidak akan berpengaruh terhadap posisi fundamental maupun keuangan TBIG. Hedging yang dilakukan TBIG telah dilakukan pada saat penarikan pinjaman sehingga saat ini TBIG tidak akan ada penambahan beban hedge yang signifikan,” paparnya.
Ditambahkannya, untuk sumber pendanaan pun pada saat ini TBIG masih memiliki fasilitas yang belum ditarik sebesar kurang lebih Rp 3 triliun. “Itu sangat cukup untuk mendukung pertumbuhan belanja modal,” katanya.
Sekadar diketahui, Tower Bersama salah satu emiten yang memiliki banyak utang dalam dolar AS. Diantaranya, seperti sindikasi pinjaman senilai 1,29 miliar dolar AS dan obligasi 650 juta dolar AS. Hampir 99 persen utang Tower Bersama dalam dollar AS dan sisanya rupiah.
Belum lama ini Fitch Ratings mengkalkulasi sepanjang semester I 2015 nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami penurunan sebesar 7,5 persen.
Lembaga pemeringkat ini melakukan simulasi jika depresiasi rupiah terhadap dolar AS sekitar 15 persen hingga 30 persen terhadap kinerja 19 perusahaan di Indonesia, salah satunya Tower Bersama.
Dalam kajian itu dinyatakan menguatnya dollar AS memberikan dampak positif bagi Tower Bersama karena sekitar 15 persen pendapatan dalam dollar AS dan hedging yang dilakukan bisa melindungi neraca dari dampak fluktuasi kurs. Tower Bersama sendiri memiliki uang kas sekitar 28 juta dolar AS per Desember 2014.