News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

Rupiah Melemah, Pengusaha Elektronik Ikut Terpukul

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pusat belanja komputer dan elektronik Harco Mangga Dua, Jalan Raya Mangga Dua Jakarta Pusat (Tribunnews.com/ Reynas Abdila)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengusaha elektronik yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) mengalami dampak signifikan melemahnya nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat.

Ketua Umum Gabel, Ali Soebroto Oentaryo, kepada Tribunnews.com, Selasa (25/8/2015), mengatakan produk elektronik paling banyak menggunakan dolar AS sekalipun diproduksi di Indonesia. Dijelaskan, sekitar 80 persen komponen biaya industri elektronik menggunakan mata uang dolar AS.

Alhasil, pelemahan rupiah terhadap dolar AS membuat pelaku industri elektronik nasional semakin terpukul.

Dengan demikian, kata dia, akan mengalami kenaikan biaya produksi dalam rupiah, sehingga harga produk perlu naik.

"Lalu seberapa besar kenaikannya tergantung kekuatan daya beli masyarakat. Seharusnya, kenaikan harga akibat kenaikan biaya produksi akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu signifikan," kata dia.

Tapi, lanjutnya, dampak terbesarnya adalah dengan biaya hidup naik, maka niat belanja produk sekunder dan tertier akan turun drastis. Karena konsumen mengamankan posisi keuanganya dengan berhemat.

"Untuk membuat mereka mau membeli lagi memerlukan insentif tinggi, terjadi kelesuan pasar. Keadaan ini yang mengkhawatirkan industri karena permintaan barang akan turun signifikan," cetusnya.

Karena itu, dia mewakili kalangan pengusaha elektronik mendesak pemerintah semakin serius menangani melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat yang kini tembus Rp14 ribu itu.

Karena, melemahnya nilai tukar rupiah tak hanya berdampak pada melonjaknya harga kebutuhan hidup. Tetapi, berdampak juga kepada pengusaha-pengusaha produk elektronik.

"Sebenarnya langkah yang sangat perlu dilakukan adalah menaikkan ekspor dengan memberikan subsidi langsung. Langkah ini memang sulit, tapi pemerintah harus berani melakukannya (peraturan WTO). Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan team kerja menteri ekonomi kita belum mampu dan berani melakukannya," sarannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini