TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Demi mewujudkan aturan Ketenturan Impor Telepon Seluler oleh Kementerian Perdagangan, PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk bekerjasama dengan Arima Communications investor asal Taiwan membentuk perusahaan patungan atau joint venture untuk mendirikan pabrik ponsel di Indonesia.
Jika tidak ada aral melintang, kedua perusahaan tersebut sepakat akan membentuk perusahaan patungan yang segera ditindak lanjuti proses agreement dalam waktu dekat.
Skema sinergi bisnis ini, Tiphone Mobile Indonesia melalui anak perusahaannya yakni PT Adi Reka Mandiri (ARM) akan memiliki 55% saham di perusahaan JV tersebut, sedangkan Arima Communications akan memiliki 45% saham. “Kami menginvestasikan dana sebesar US$ 50 juta,” kata Tan Lie Pin, Direktur Utama Tiphone Mobile Indonesia, kepada KONTAN, kemarin.
Rencananya, pabrik akan berdiri di Delta Silikon, Cikarang-Jawa Barat dengan luas tanah sebesar 7.000 meter persegi. Tahap awal, perusahaan akan mengeluarkan dana sekitar US$ 5 juta-US$ 6 juta untuk pembangunan fase 1.
“Pabrik fase 1 akan selesai di akhir bulan Desember 2015,” tambahnya. Pabrik akan beroperasi mulai Januari 2016 dengan kapasitas awal 300.000 unit per bulan pada enam bulan pertama dan akan terus ditingkatkan hingga memiliki kapasitas 1 juta unit per bulan.
Selain itu, pendirian pabrik ponsel di Indonesia ini merupakan salah satu komitmen perusahaan nasional dalam meningkatkan kandungan lokal untuk produk ponsel yang diproduksinya. “Pada tahun pertama, tingkat kandungan lokal mencapai 20% dan ditargetkan akan meningkat beberapa tahun ke depan sesuai dengan peraturan pemerintah,” jelasnya.
Alasan perusahaan berkode saham TELE di Bursa Efek Indonesia (BEI) memilih Arima krena tersebut telah berpengalaman dalam pengembangan ponsel Android untuk beberapa merek global, seperti Motorola, Acer, LG dan memenuhi kebutuhan NTT DoCoMo.
Selain itu, Arima juga memiliki keunggulan dari sisi riset dan pengembangan. Saat ini. perusahaan asal Taiwan memiliki 4.000 karyawan dan 1.000 di antaranya di departemen R&D, sebanyak 550 orang bekerja di R&D di Taiwan dan 450 orang di China. Harapannya, setelah beroperasinya pabrik ini, R&D tidak lagi ada di Taiwan atau China tetapi di Indonesia sepenuhnya.
Selain memproduksi ponsel cerdas (OEM) beberapa merek, PT Adi Reka Mandiri juga akan memproduksi berbagai komponen ponsel untuk keperluan industri, seperti yang juga dilakukan Arima di Fujian,China dan di Sao Paolo, Brasil.
Tan Lie dengan panggilan akrab Lily Salim ini menambahkan, kerja sama ini merupakan bentuk kepercayaan investor asing terhadap industri ponsel di tanah air yang pasarnya masih akan terus berkembang.
“Misalnya, kami membidik pendapatan sebesar Rp 8 triliun di akhir tahun ini,” tambahnya. Angka itu sudah mencapai target, karena Tiphone Mobile Indonesia mencatat pendapatan sebesar Rp 9,07 miliar per semester I/2015 atau tumbuh 43,68% dibandingkan posisi Rp 6,31 triliun per semester I/2014.
Dari pendapatan tumbuh dua digit tersebut mencatat pertumbuhan laba komprehensif sebesar 19,73% menjadi Rp 182,70 miliar per semester I/2015, dibandingkan posisi Rp 152,85 miliar per semester I/2014. ? (Nina Dwiantika)