TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil menyangkal tudingan Direktur Indonesia Port Watch (IPW), Syaiful Hasan perihal hubungan khusus dengan Direktur Utama Pelindo II RJ Lino. Ia menyebut, pernyataan IPW tidak sesuai dengan fakta.
"Ini ngomong asal saja," ujar Sofyan di kantornya, Jumat (4/9).
Menurutnya, hingga kini tidak pernah menjalani kolusi dengan Lino. Apalagi, Sofyan pun tidak pernah berbisnis dengan Lino. "Apa kolusinya coba? Saya nggak punya bisnis dengan pak Lino," katanya.
Sebelumnya, IPW menengarai Sofyan tidak terlepas dari dugaan kolusi antara Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan RJ Lino. Sofyan saat menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode SBY-JK memilih Lino atas desakan Kalla. Kalla disebut-sebut memiliki kongsi bisnis dengan Lino.
"Kedekatan JK dengan Sofyan Djalil juga bisa ditelusuri dari rekam jejaknya sebagai tim sukses JK sejak Pilpres 2004 dan Pilpres 2014. Bisa disebut Sofyan Djalil memang orangnya JK," paparnya.
IPW menyebut, Armadeus Acquisitions (INR) Limited, perusahaan milik menantu RJ Lino menjadi pemegang saham terbesar di grup Bukaka. Armadeus Acquisitions (INR) Limited memiliki saham sebesar 46,6 persen, disusul kemudian PT Denaya Cakra Cipta (Pengendali) dengan kepemilikan 42,6 persen. Sementara sisanya, 10 persen saham Bukaka dipegang masyarakat.
Sofyan mengaku ikhlas dengan pemberitaan tersebut. Mantan Menko bidang Perekonomian itu sudah siap dikritik jika diangkat sebagai pejabat negara. "Tapi ya sudahlah, kalau memang mau jadi pejabat harus berani dikritik," ungkapnya.