TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Empat tahun lalu, Madasir (49) hampir putus asa. Usaha bakso yang ia rintis selama bertahun-tahun tiba-tiba bangkrut akibat isu bakso berformalin yang tengah marak kala itu.
Warga Bakti Jaya, Depok, ini pun kebingungan. Dia mesti menghidupi istri dan ketiga anaknya, namun pria asli Betawi ini tak punya keahlian lain.
Saat kebingungan menghantui, terbersit keinginan Madasir untuk menjual tanah dan rumahnya. Pada saat itu, harga pasaran tanah di sana berkisar antara Rp 1-2 juta. Dengan luas tanah sekitar 150 meter persegi, Madasir cukup tergiur untuk menjual rumahnya.
Setengah dari hasil penjualan rumah bisa untuk membeli rumah baru di sekitar Bojonggede, Bogor. Sementara sisa uang bisa dipakai untuk memulai usaha baru.
Namun saat itu Madasir gagal meyakinkan sang istri. Di sisi lain, sang istri terus menasihati suaminya agar bersabar. Siapa tahu, dalam beberapa tahun ke depan harga tanah miliknya akan naik.
Ternyata istrinya benar. Saat ini harga tanah miliknya mencapai Rp 7 juta permeter. "Saya baru aja jual tanah dan rumah ini," ujar Madasir kepada Warta Kota, Sabtu (5/9) sore.
Madasir baru saja menjual rumahnya senilai total Rp 1,2 miliar yang terdiri dari tanah seluas 150 meter persegi berikut bangunan. Adalah warga asal Kramat Jati, Jakarta Timur, yang membeli tanah dan bangunan milik Madasir.
Jarak rumahnya ke ruas tol Cijago sekitar 200 meter. Meski telah sepakat mengenai harga jual, Madasir dan keluarganya saat ini masih diijinkan menempati rumah yang telah mereka diami selama sekitar 15 tahun.
Mereka meminta waktu dua minggu sambil mencari rumah sementara karena rumah barunya sedang dibangun. "Saya sudah beli tanah di daerah Bojong, 200 meter cuma 400 juta. Sekarang lagi bangun rumah," katanya bangga.
Apa yang dialami Madasir sangat ia syukuri. Hal itu juga berkat sang istri yang berhasil meyakinkannya untuk tak buru-buru menjual tanah dan rumahnya.
"Coba kalau dulu jadi dijual, paling cuma dapat dua ratus jutaan," katanya.
Lain halnya yang dialami oleh Vitha Soraya (37). Tiga tahun lalu dia membeli tanah berikut bangunan seluas 120 meter di Jalan Beringin, Beji, Depok seharga Rp 350 jutaan.
Lahan ini berada di dalam area pemukiman padat tak jauh dari Jalan Raya Margonda. Wanita yang gemar berinvestasi properti ini memang pandai. Sebelumnya dia telah menerima informasi bahwa tak lama lagi akan hadir jalan tol baru bernama Cijago.
Itu artinya harga tanah akan melonjak drastis seiring kehadiran jalan tol. Benar saja, Vitha kini mendapat untung besar.
Hanya dalam waktu tiga tahun, dia berhasil melego tanah dan rumahnya tersebut, dari yang awalnya dibeli Rp 350 juta kini terjual seharga Rp 1,1 miliar.
"Sebetulnya kalau ditahan (tidak dijual--Red) sampai dua tahun lagi, harganya bisa lebih gila lagi," katanya kepada Warta Kota.
Namun dia yakin untuk menjual investasinya tersebut karena telah mendapat investasi pengganti di kawasan Rangkapan Jaya, Pancoran Mas, Depok.
Di kawasan itu, Vitha memperoleh tanah seluas 196 meter persegi seharga Rp 400 jutaan. Dia sangat yakin tak lama lagi harga pasaran tanah dan bangunan di sana akan naik berlipat-lipat.
Penyebabnya? Karena lokasi tanah miliknya terletak tak jauh dari lahan Tol Depok-Antasari (Desari). "Kalau sekarang harga tanah masih dapat dua jutaan (rupiah), tapi setahun-dua tahun lagi bisa sampai lima jutaan permeter," kata Vitha.
Madasir dan Vitha hanya sedikit dari banyaknya warga yang mendadak kaya akibat hadirnya jalan tol baru, baik itu Tol Cijago maupun Tol Desari. Di mana-mana kehadiran jalan tol memang tak bisa dipungkiri mampu mendongkrak harga properti di sekitarnya melonjak drastis. (Gopis Simatupang)