TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat masalah pelabuhan dari Indonesia Port Watch (IPW) menilai kritik yang dilayangkan Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli kepada Dirut Pelindo II RJ Lino sudah tepat.
Presiden IPW Syaiful Hasan menyikapi soal iklan media dan rel kereta yang pernah disinggung Rizal Ramli kepada Pelindo II.
"Iklan media Pelindo II itu tidak relevan. Pemain pelabuhan itu hanya sedikit sehingga tanpa advertorial besar mereka akan datang jika ada proyek pelabuhan yang layak dibangun.Taktik Lino selama ini jika ada berita jelek langsung ditutup dengan iklan media. Data kami iklan di 3 media besar oleh Pelindo II menghabiskan dana lebih dari 5 miliar," papar Syaiful di Jakarta, Rabu (16/9/2015).
Syaiful menambahkan beberapa kali Lino pasang iklan termasuk Global bond dan Konsesi.
"Terkait global bond bahkan pelindo III sudah duluan dapat pinjaman USD 500 juta tapi tidak jor-joran beriklan. Pembangunan Teluk Lamong pun lancar dan beroperasi tepat waktu. Bayangkan dengan New Priok, yang telat pembangunan bahkan belum beroperasi. Sementara biaya konsesi dan denda kelambatan pasti membebani perusahaan. Kami lihat data audit pembayaran hutang Rp 6 triliun menggunakan dana global bond Rp 20 triliun. Lama-lama Pelindo II terbelit hutang besar dan ini berbahaya," kata Syaiful.
Saat iklan konsesi Lino juga melakukan blunder. Disana dia bilang bahwa konsesi JICT tidak ditender. "Iklan ini kontradiktif dengan penjelasan tim komite pengawas yang diketuai Erry Riyana. Komite mengatakan perpanjangan sudah melalui tender," kata Syaiful.
Soal rel kereta, Syaiful mengungkapkan Lino perlu belajar Pelabuhan lebih banyak.
"Konsep multimoda transportasi jamak ditemui di beberapa pelabuhan Internasional termasuk penggunaan kereta api dan tongkang/barges. Lino juga lupa bahwa dwelling time ini ada alur dokumen dan barang. Saat ini importir mau ambil barang harus berjibaku dengan macet. Dengan adanya pilihan moda termasuk kereta api, maka kelancaran arus barang dapat ditingkatkan," tegas Syaiful.
IPW heran kenapa Lino malah membeton akses rel tersebut dan menjadikannya lapak CY. "Rel dibeton tapi dikondisikan bisa dibuka sewaktu-waktu. Ini konsep yang gak jelas. Harusnya Lino berpikir progresif dengan kritikan," pungkas Syaiful.