TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli menegaskan tidak ingin perusahaan asal Amerika Serikat, Shell, membangun floating storage unit (tempat penampungan migas dan terminal kapal) di Blok Masela, Maluku.
Rizal lebih senang blok tersebut dipasang pipa gas sepanjang 600 km untuk pulau Aru.
"Kami sendiri melihat secara garis besar, lebih senang bikin pipa di Aru. Kita hidupkan Indonesia Timur," ujar Rizal di gedung BPPT, Jakarta, Senin (21/9/2015).
Rizal mengaku jika floating storage unit yang ditawarkan Shell terbangun, otomatis wilayah Indonesia bagian timur tidak akan berkembang. Apalagi kata Rizal sebagian besar gas yang diproduksi Blok Masela diekspor.
"Kita bawa kemana terus ekspor tapi daerah Indonesia timur nggak akan menarik manfaatnya," ungkap Rizal.
Rizal tidak bisa memutuskan tawaran Shell membuat floating storage unit atau tidak. Menteri yang memiliki jurus 'Rajawali Kepret' ini meminta kepada Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Hulu (SKK) Migas mengkaji dan mengevaluasi tawaran perusahaan asal Amerika Serikat atau tidak.
"Pilihan mana yang paling baik untuk Indonesia. Apa bikin floating unit atau pipa 600 km ke Aru. Kita bikin processing unit disitu, industri downstreamnya disitu," papar Rizal.
Untuk diketahui potensi gas di Blok Masela bisa mencapai 10,7 terra cubic feet sampai maksimal. Saat ini Blok Masela sudah dikelola oleh Inpex. Kontrak Inpex akan berakhir pada 2028.
Perusahaan asal Jepang ini sudah menyatakan akan memperpanjang kontraknya 20 tahun lagi, hingga 2048. Alasannya Masela diperkirakan baru berproduksi pada 2018 atau hanya 10 tahun sebelum kontrak berakhir 2028.
Jangka waktu produksi yang singkat ini dinilai belum cukup untuk mengembalikan investasi yang mencapai 14 miliar dollar AS.