TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (21/9/2015) kemarin bergerak konsolidasi di teritori negatif, ditutup terkoreksi tipis 4,23 poin di 4376,082.
Koreksi ini sejalan dengan koreksi yang terjadi di pasar saham kawasan Asia setelah indeks saham Wall Street akhir pekan kemarin terkoreksi.
David Sutantyo, analis saham dari Firfes Asia Capital mengatakan, pemodal mengkhawatirkan pemburukan perekonomian global setelah The Fed kembali menahan tingkat bunga acuannya.
"Transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung kurang bergairah dengan nilai transaksi di Pasar Reguler hanya Rp 2,5 triliun dan arus keluar dana asing masih berlanjut. Nilai penjualan bersih asing kemarin mencapai Rp 449,62 miliar," kaya David, Selasa (22/9/2015).
Minimnya insentif positif dari pasar global dan kawasan serta depresiasi rupiah atas dolar AS yang terus berlanjut membuat pemodal menahan diri melakukan pembelian. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemarin melemah 0,78% di Rp14482 (kurs Bloomberg).
Sementara itu Wall Street tadi malam berhasil rebound setelah mengalami tekanan jual dua sesi perdagangan sebelumnya. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,77% dan 0,46% tutup di 16510,19 dan 1966,97. Harga minyak mentah tadi malam turut rebound 4% di 46,48 dolar AS/barel menopang penguatan harga saham sektor energi. Pasar Wall Street merespon positif pernyataan gubernur Bank Sentral negara bagian Atlanta yang mengindikasikan The Fed akan menaikkan tingkat bunganya akhir tahun ini.
Rebound pasar saham global tadi malam diperkirakan akan berimbas positif pada perdagangan hari ini. Di tengah minimnya insentif positif dari domestik, pergerakan pasar saham global dan kawasan akan mempengaruhi sentimen pasar. IHSG diperkirakan akan bergerak dengan kisaran 4350 hingga 4410 berpeluang rebound.