News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

BI Bersyukur Rupiah Menguat

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas memperlihatkan pecahan dolar AS yang akan ditukarkan di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Kawasan Blok M, Jakarta, Senin (24/8/2015). Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dibuka di kisaran Rp 14.006 dan sempat mencapai posisi tertinggi pada level Rp 14.017 karena imbas dari perang mata uang (currency wars). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyambut baik penguatan nilai tukar rupiah yang lompat menguat ke kisaran Rp 14.200 per dollar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (6/10/2015).

Atas penguatan ini, Bank Indonesia pun bersyukur atas penguatan mata uang garuda itu. "Iya betul, alhamdulillah (rupiah menguat)," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara saat dihubungi Kompas.com di Jakarta.

Saat ditanya mengenai faktor yang memengaruhi lompatan kuat rupiah itu, Tirta belum bisa mengungkapkannya. Saat ini, kata dia, BI terus mencermati perkembangan dan faktor-faktor yang memengaruhi penguatan rupiah tersebut.

"Mana yang lebih dominan (apakah karena faktor global ataukah karena berbagai kebijakan yang dilakukan BI). Kami sedang mencermatinya," kata Tirta.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.00 WIB, mata uang garuda melompat ke posisi 14.263 per dollar AS. Senin kemarin, rupiah naik ke posisi 14.503 dari sebelumnya di atas level 14.600.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia, Senin (5/10/2015), berada di posisi 14.604 per dollar AS, naik 105 poin dibandingkan sebelumnya.

rupiah kembali menemukan tenaga setelah data serapan pekerja Amerika Serikat (AS) jauh berada di bawah proyeksi. Data tenaga kerja AS menekan nilai tukar dollar AS sehingga memberi kesempatan mata uang garuda untuk melaju.

Putu Agus Pransuamitra, research and analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan, AS pada pekan lalu merilis data penyerapan tenaga kerja yang hanya bertambah 142.000 orang atau di bawah prediksi sebesar 201.000 orang. Data tersebut memungkinkan suku bunga The Fed ditahan lebih lama. Namun, kejelasan suku bunga masih menunggu rapat The Fed pada bulan ini. (Yoga Sukmana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini