News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Soal Nuklir, BATAN Merasa Sendirian

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sampah tanah yang terkontaminasi radiasi nuklir di Fukushima, dibungkus plastik hitam, tidak jelas akan dibawa kemana. Insert kanan atas, tanda larangan masuk bagi pengendara motor, sepeda dan pejalan kaki di jalan raya No.6 Tomioka menuju daerah Fukushima.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) mengakui pengembangan nuklir sebagai sumber energi bersih dan kompetitif di Indonesia masih sulit.

Faktor utamanya, ketiadaan dukungan politik dari pemerintah maupun politisi dalam kebijakan nuklir sebagai sumber energi.

Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala BATAN bilang, ide penggunaan nuklir sebagai sumber energi sudah tercetus sejak lama di Indonesia. Pada dekade 1970-an, pernah ada kerjasama eksplorasi Uranium yang menjadi bahan nuklir di wilayah Kalimantan Barat.

"Namun kerjasama itu akhirnya tidak berlanjut karena ada salah satu klausul yang tidak mencapai kesepakatan antara Indonesia dan Prancis," kata Djarot saat dihubungi KONTAN, Senin (12/10).

Dalam perkembangannya, pengembangan nuklir sebagai sumber energi di Indonesia sulit mendapat kemajuan. Misalkan untuk pengembangan nuklir dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), hingga saat ini pemerintah maupun DPR belum memberikan perhatian yang besar.

Padahal banyak sekali investor luar negeri yang siap membangun PLTN di Indonesia. "Yang mereka butuhkan adalah sikap politik yang jelas dari pemerintah bahwa negara mendukung nuklir sebagai sumber energi yang vital di Indonesia. Tanpa itu, investor juga akan merasa ragu," ujar Djarot.

Sampai kini BATAN terus menjalin koordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Bagaimanapun juga, ketersediaan minyak bumi, gas dan batu bara suatu saat akan habis.

"Dengan tren produksi yang menurun, ada baiknya pemerintah maupun DPR mulai membuka ruang untuk pengembangan nuklir. Apalagi dalam survei kami tahun lalu, sebanyak 72% masyarakat Indonesia sudah bisa menerima pembangunan PLTN," jelas Djarot.

BATAN sendiri hari ini menandatangani kerjasama dengan Miner-Nantes/Subatec, Pusat Tenaga Atom dari Prancis. Selain mengasah kemampuan SDM Indoensia dalam pengembangan nuklir, BATAN hendak belajar teknologi dan pengalama dari Prancis sebagai negara yang mengandalkan nuklir sebagai sumber energi utama untuk pembangkit listrik.

"Sebanyak 70% pasokan listrik di Prancis dihasilkan oleh 58 PLTN yang tersebar di seluruh Prancis. Meskipun jumlah tersebut masih kalah dari Amerika Serikat yang memiliki lebih dari 100 PLTN di seluruh negeri," pungkas Djarot. (Adhitya Himawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini