TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Pelindo II RJ Lino menerima dengan senang hati jika dicap arogan dan sombong oleh pihak-pihak yang menentangnya.
Baginya, hal itu bagian dari konsekuensi atas upaya perubahan yang coba lakukannya di sektor kepelabuhan Indonesia.
Namun, Lino juga berujar bahwa apa yang dia lakukan selama ini semata-mata hanya keterusterangan. Bukan menonjolkan arogansi seperti yang dicapkan sebagain orang kepadanya.
"Saya ini orang timur, blak-blakan aja (kalau berkata)," ujar Lino kepada Kompas.com di Kantor Pelindo II, Jakarta, Selasa (13/10/2015).
Latar belakang sebagai seorang profesional bisnis juga membuatnya mengaku tak memiliki beban karena tak mengejar popularitas. Hal ini menurutnya yang membedakan antara seorang profesional dan politisi.
Bila menengok ke belakang, Lino sempat mengatakan akan mundur dari posisinya saat ini kepada dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Sofyan Djalil melalui sambungan telepon. Kata-kata itu diucapkan Lino pasca Kantor Pelindo II digeledah oleh Penyidik Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) dua akhir Agustus lalu.
Bos Pelindo II itu tak merasa yang diucapkannya adalah ancaman kepada pemerintah ataupun Presiden Jokowi. Menurutnya tak mungkin seorang RJ Lino mengancam Presiden Jokowi. Bahkan, ia sempat menceritakan aksi blak-blakan di depan presiden.
Beberapa bulan lalu, sehari sebelum Presiden menyambangi Pelabuhan Tanjung Priok, ruang Penanganan Perizinan Impor Ekspor Terpadu (P3IET) di Terminal Penumpang Nusantara masih dalam keadaan kosong. Namun esok harinya, saat Presiden bersama pejabat lainnya datang, ruangan tersebut disulap seakan-akan P3IET sudah berjalan begitu baik.
Lino tak paham siapa pihak-pihak yang menyulap ruangan itu. Dia mengatakan, usai keluar dari ruangan itu, Presiden Jokowi memanggilnya. Saat itulah Lino mengaku mengatakan bahwa itu hanya sandiwara besar.
"Itu saya katakan kepada Presiden dihadapan para Menteri yang hadir dan Dirjen 'Pak, apa yang bapak saksikan tadi semua itu hanya sandiwara besar'," kata Lino.
Persiden langsung menggelar rapat di Pelabuhan Tanjung Priok, kemudian keluarlah kata-kata Presiden Jokowi yang mengancam akan mencopot pejabat mulai dirjen, hingga menteri karena tak bisa menjelaskan apa yang Presiden Jokowi tanya saat berada dibruang P3IET.
Tak sampai di situ kata Lino, sandiwara pun berlanjut. Dua jam pasca-Presiden Jokowi mengunjungi Pelabuhan Tanjung Priok, ruangan P3IET kembali kosong. Lino mengaku melaporkan kejadian tersebut kepada Tim Komunikasi Kepresiden yang saat ini juga menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki.
"Keterusterangan itu kalau buat orang yang enggak bisa nerima dinilai 'kok sombong banget orang ini ya'," ucap Lino.
Pria kelahiran Rote 62 tahun silam itu juga mengatakan sikap blak-blakannya tak hanya di depan media atau Presiden Jokowi. Di perusahaan yang ia pimpin saat ini, Pelindo II, sikap seperti itu ia lakukan. Bahkan meski dinilai diktator, ia tetap dengan pendirinya. Baginya, tak ada demokrasi di perusahaan. Tak akan maju suatu perusahaan kalau ada demokrasi di dalamnya. Begitu kata Lino. (Yoga Sukmana)