TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Anggaran (Banggar) dan Pemerintah telah menyepakati postur anggaran tahun 2016, dimana terdapat asumsi kurs rupiah terhadap dolar AS pada tahun depan berubah menjadi Rp 13.900 dari sebelumnya Rp 13.400 per dolar AS.
Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman mengatakan, dalam menetapkan asumsi kurs rupiah maka pemerintah melihat kondisi yang ada pada tahun depan. Sebab, persoalan kurs sangat mempengaruhi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Diperkirakan tahun depan pertumbuhan ekonomi akan naik, dimana proyek infrastruktur akan dijalankan, dengan begitu impor barang modal itu akan mengalami peningkatan, jadi potensi CAD-nya bisa lebih besar dan kalau Rp 13.900 maka CAD itu tidak naik tinggi," ujar Norico di Jakarta, Jumat (16/10/2015).
Dengan melihat kondisi tersebut, maka Norico menilai postur anggaran tahun depan sebesar Rp 13.900 sudah wajar, karena jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan yang luar biasa maka akan mengganggu perusahaan dalam negeri yang berorientasi ekspor.
Lebih lanjut dia mengatakan, tekanan kepada rupiah untuk tahun depan masih ada dari eksternal, seperti kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan dilaksanakan pada kuartal I 2016.
"Tapi ini bisa ditahan jika pemerintah mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya, sehingga dana keluar tidak terlalu masif," ucapnya.