TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex tidak hanya dikenal sebagai produsen di bidang tekstil dan garmen dengan kualitas ekspor.
Emiten berkode SRIL ini juga dikenal karena memproduksi seragam militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) maupun militer berbagai negara di dunia.
Guna melebarkan sayap bisnisnya di mancanegara, Sritex kini akan segera memproduksi dan menjual seragam militer Kamboja.
Menurut Direktur Keuangan Sritex Allan Moran Severino, Sritex akan bekerjasama dengan perusahaan lokal untuk mendirikan sebuah perusahaan baru di Kamboja. Kemudian, seragam militer akan dijual kepada pemerintah Kamboja.
Allan memaparkan, saat ini Sritex sedang mematangkan perjanjian kerjasama ini, baik dengan perusahaan lokal maupun pemerintah Kamboja.
Dia memprediksi, perjanjian tersebut akan selesai pada akhir tahun 2015 ini. "MoU (perjanjian kerjasama) selesai akhir tahun ini. Tahun depan mulai produksi dan trading," sebut Allan di Jakarta, Rabu (11/11/2015).
Allan mengaku, perseroan belum dapat memastikan jangka waktu kontrak perjanjian produksi dan pengadaan seragam militer Kamboja tersebut.
Meskipun demikian, dia menuturkan bahwa nilai transaksi seragam militer Kamboja itu cukup besar, yakni mencapai kisaran 50 juta dollar AS per tahun.
"Maunya pemerintah Kamboja produknya dijual ke perusahaan Kamboja. Kemudian perusahaan ini yang jual ke pemerintahnya. Nilai kontraknya belum tahu, tapi bisa puluhan juta dollar AS. Mungkin kalau kita bisa bikin seragam buat tentara dan militer di sana, ke pemerintahannya di sana itu bisa sampai 50 juta dollar AS per tahun," tutur Allan.
Sekedar informasi, Sritex kini memproduksi seragam militer untuk setidaknya untuk 30 negara di dunia.
Adapun delapan dari negara-negara tersebut adalah negara di kawasan Eropa. Sritex pun memproduksi seragam militer untuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
Tidak hanya itu, Sritex juga merupakan satu-satunya pemegang lisensi di Asia yang berhak memproduksi seragam militer Jerman.(Sakina Rakhma Diah Setiawan)