TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Taspen (Persero) yakin bisa memenuhi target laba tahun ini senilai Rp 680 miliar. Sampai bulan November 2015, pengelola pensiun pegawai negeri sipil itu telah mendulang laba lebih dari Rp 600 miliar.
Direktur Utama Taspen, Iqbal Latanro mengatakan, pencapaian laba di tahun ini tak mudah. Koreksi pasar modal membuat hasil investasi Taspen tak maksimal, terutama untuk instrumen investasi saham dan reksadana.
"Tapi untuk instrumen investasi yang hold to maturity relatif aman," kata Iqbal, Kamis (17/12/2015).
Di kuartal terakhir tahun ini, Iqbal menyebut Taspen tak banyak mengocok ulang keranjang investasi. Surat utang masih menjadi portofolio investasi yang paling dominan dengan porsi sekitar 64%.
Menyusul penempatan dana di deposito perbankan dengan porsi 30% dari seluruh investasi Taspen. Lalu, perusahaan itu juga mengalokasikan investasi di saham dan reksadana tak lebih dari 5%.
Sementara itu, investasi Taspen di sektor infrastruktur masih mini. Perusahaan milik pemerintah ini baru membenamkan modal untuk dua proyek infrastruktur di tahun ini. "Itu pun skala proyeknya masih kecil," kata Iqbal.
Kelesuan ekonomi menjadi biang keladi seretnya investasi infrastruktur. Porsi investasi langsung Taspen di infrastruktur porsinya baru 1%. Padahal, Taspen diberi kelonggaran boleh berinvestasi langsung sekitar 5% dari total portofolio.
Tapi secara tak langsung, investasi Taspen di saham dan obligasi sektor infrastruktur cukup besar. Sekitar 20% dari portofolio investasi mengalir ke sektor tersebut.
Dari berbagai keranjang investasi itu, Taspen menargetkan imbal hasil (yield) investasi sebesar 14% di tahun ini.
Iqbal menambahkan, Taspen berniat mengonversi penempatan dana di PT Reasuransi Internasional Indonesia alias Reindo menjadi kepemilikan saham. Ini merupakan bagian dari rangkaian proses pembentukan reasuransi raksasa PT Reasuransi Indonesia Utama.
Awalnya, Taspen berkomitmen menempatkan dana langsung di Reindo. Tetapi, terganjal oleh proses valuasi saham Reindo belum kelar. Makanya, Taspen bersama dua BUMN lain yakni PT Jasa Raharja dan Perum Jamkrindo membuat MoU berupa mandatory convertible bonds (MCB). "Ini sifatnya on paper saja," jelas Iqbal.
Dengan tuntasnya proses valuasi saham Reindo, Taspen akan mengonversi MCB menjadi saham. "Nilainya sekitar Rp 800 miliar," kata Iqbal. (Tendi Mahadi)