TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) atau bunga pasar uang antar bank diperkirakan masih fluktuatif direntang 5 persen hingga 6 persen.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam riset Indikator Likuiditas menyebutkan, perkiraan tersebut terjadi karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih melemah.
“Meskipun pasar mengharapkan Bank Indonesia (BI) rate turun, ruang untuk penurunan ini sangat terbatas,” kata Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho di Jakarta, Senin (11/1/2016)
Dalam riset LPS, walaupun inflasi secara tahunan terus turun hingga ke posisi yang paling rendah selama enam tahun, nilai tukar rupiah yang masih belum stabil akan menjadi pertimbangan penting bagi BI dalam menentukan bunga acuan pada Januari 2016
Bank Indonesia tetap mempertahankan policy rate di level 7,5 persen pada 17 Desember 2015 dan tidak mengubah bunga deposit facility di 5,5 persen dan bunga lending facility di 8 persen Pada akhir Desember 2015, tampak terjadi pengetatan likuiditas di pasar antar bank.
Ini terlihat dari kenaikan JIBOR IDR O/N sebesar 175 bps pada periode 23–30 Desember 2015. Sementara kenaikan JIBOR IDR 1 bulan hanya sebesar 23 bps di periode yang sama.
Pada pasar valas, dolar AS kembali menguat terhadap seluruh mata uang di dunia setelah pengumuman kenaikan Fed rate.