News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kehadiran Kereta Api Cepat Tidak Bisa Ditunda

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang anak memperhatikan miniatur kereta cepat milik China pada pameran Kereta Cepat dari Tiongkok (China) di Senayan City (Sency), Jakarta Pusat, Kamis (13/8/2015). Pemerintah Indonesia merencanakan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan Pemerintah Tiongkok merupakan salah satu pihak yang menawarkan kerjasama dalam pembangunan kereta cepat tersebut. (Tribunnews/Jeprima)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan kereta cepat Bandung-Jakarta merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi.

Kehadiran moda transportasi ini akan memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan menjadi kawasan ekonomi baru.

Menurut Harus Alrasyid Lubis, Ketua Program Studi Rekayasa Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB), menuturkan dari sisi infrastruktur, pemenuhan kepada moda transportasi yang cepat kepada masyarakat masih sangat kurang. Karena itu, kehadiran kereta cepat di Indonesia, akan memberikan dampak kohesif terhadap kemudahan akses.

“Dengan adanya kereta cepat, masyarakat akan lebih mudah memilih, moda transportasi mana yang dipilih yang bisa mendukung kegiatan mereka, baik dari sisi ketepatan waktu maupun dari sisi harga,” jelasnya, dalam acara diskusi “Pembangunan Kereta Api Cepat Bandung-Jakarta: Kebutuhan atau Pencitraan?” yang diselenggarakan Economic Editor Forum, di Jakarta, Senin (11/1/2016).

Dia menambahkan beberapa dampak yang bisa didapatkan dengan kehadiran kereta cepat Bandung-Jakarta di antaranya terkait mutu lingkungan yang akan lebih terjaga, kemudian efisiensi penggunaan energi juga memperpendek jarak tempuh antara kota tujuan.

Waktu tempuh Bandung-Jakarta yang selama ini mungkin ditempuh sekitar 2-3 jam, dengan kehadiran kereta cepat, akan lebih cepat, dengan biaya yang tidak jauh berbeda.

“Dari sisi efisiensi energi, berdasarkan hasil survei di beberapa negera yang telah menggunakan kereta cepat, penghematan energi yang bisa didapatkan 8,5 kali lipat per kilometer dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi lainnya,” kata Harun, yang juga menjadi Direktur Eksekutif Infrastructure Partnerships and Knowledge Center (IPKC).

Selain itu, selama proses pembangunan infrastruktur kereta dan juga saat operasional nanti, bisa disinergikan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait. Misalnya saja, untuk pasokan energi yang menggerakan listrik, bisa memberikan keuntungan kepada BUMN yang mengelola energi baik batu bara ataupun gas.

Begitu juga untuk kebutuhan infrastruktur baja ataupun alumina, bisa disinergikan dengan BUMN yang memproduksi kebutuhan baja ataupun alumina.

“Lebih jauh, kita juga bisa belajar bagaimana transfer ilmu pengetahuan sehingga ke depan, kita juga bisa,” imbuhnya.

Harun mengatakan pembangunan kereta cepat Bandung-Jakarta hanyalah tahapan awal. Ke depan, harusnya sudah disiapkan pembangunan kereta yang menghubungkan Jakarta-Surabaya. Bahkan mungkin bisa secara berasamaan, misalnya saat ini Bandung-Jakarta, dalam waktu bersamaan bisa juga dilakukan pembangunan dari Surabaya, Bandung, sehingga pembangunan terintegrasi.

“Kapanpun mau dibangun, lahan trayeknya harus segara diamankan dari sekarang. Karena nanti kebutuhan dan pertumbuhan penduduk akan makin tinggi. Segera dilakukan, kalau memang kita mau pembangunan transportasi berbasis kereta bisa segera teralisasikan,” terangnya.

Sementara itu, Koordinator Gugus Tugas Komunikasi Kementerian BUMN Wianda Pusponegoro, menambahkan kehadiran kereta cepat yang juga didukung oleh beberapa BUMN akan memberikan ekonomi baru, terutama untuk sentra ekonomi Jawa Barat.

Gubernur Jawa Barat, menurut Wianda, juga sudah menyatakan dukungan terhadap pembangunan kereta cepat dan manfaat ekonomi yang didapatkan, khususnya adanya sentra ekonomi Jawa Barat tersebut.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini