TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Para pengelola perusahaan pembiayaan bersikap realistis di tahun 2016. Beberapa multifinance tidak memasang target ambisius lantaran ekonomi diprediksi masih akan seret.
Presiden Direktur PT Federal International Finance (FIF) Suhartono mengatakan, target laba FIF tahun ini akan flat atau mungkin lebih rendah ketimbang tahun 2015. Pada tahun lalu, anak usaha Grup Astra ini menargetkan laba hingga Rp 1,5 triliun.
"Laba kami sebelum diaudit berkisar Rp 1,55 triliun, sedikit melampaui target," ujar Suhartono kepada KONTAN, Senin (11/1/2016).
Head of Treasury and Funding FIF Group Jerry Handy menambahkan, sejumlah stratei sudah FIF siapkan untuk memenuhi target laba tahun ini. Strategi tersebut sebetulnya tidak jauh berbeda seperti tahun lalu.
Di antaranya adalah prudent acquisition, market segmentation dan ekspansi jaringan. Khusus untuk market segmentation, multifinance ini lebih jeli memperhatikan karakter nasabah, pekerjaan nasabah, tipe kendaraan, daerah tempat tinggal nasabah serta tenor kredit.
Sementara dari sisi ekspansi jaringan, FIF berencana menambah kantor cabang baru antara lima hingga 10 kantor cabang. Multifinance lain, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) juga tidak muluk menargetkan laba tahun ini.
"Kami berharap laba tahun ini dapat tumbuh antara 10% hingga 20%," ujar Ade Cahyo Nugroho, Direktur Keuangan Mandiri Tunas Finance.
Asal tahu saja, anak usaha PT Bank Mandiri Tbk ini membidik target laba Rp 300 miliar di tahun lalu. Berarti, sampai tutup tahun 2016, laba MTF bisa menyentuh antara Rp 330 miliar hingga Rp 360 miliar.
Demi mengejar target laba tahun ini, Cahyo bilang, pihaknya tengah memperkuat organisasi dan fokus pada segmen pasar yang sehat. Lalu, Mandiri Tunas Finance juga akan memperluas produk serta menjaga rasio kredit macet alias non performing finance (NPF).
Dilihat secara wilayah, Sumatera dan Kalimantan menunjukkan penurunan kualitas kredit terutama pembiayaan truk sebagai dampak dari turunnya harga komoditas. (Dina Farisah)