News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BI Rate Diharapkan Bisa Turun Lagi

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RAPAT DEWAN GUBENUR - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dalam jumpa pres mengenai Rapat Dewan Gubenur (RDG) di Gedung BI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas suku bunga acuannya atau BI rate dari level 7,5% menjadi 7,25%. Penurunan BI rate sebesar 25 basis poin (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari kedua, Kamis (14/1/2016), menandai turunnya BI rate untuk pertama kali sejak 11 bulan terakhir.

Bahkan tidak tertutup kemungkinan BI akan melanjutkan penurunan BI rate di masa mendatang.

Direktur Eksekutif BI Tirta Segara mengatakan, keputusan penurunan BI rate sejalan dengan pernyataan BI sebelumnya yang melihat terbukanya pelonggaran kebijakan moneter karena stabilitas makroekonomi yang terjaga.

Sentimen positif pasar pasca kenaikan suku bunga The Fed juga menjadi pendorong BI untuk memotong suku bunga.

Penurunan BI rate ini diharapkan memperkuat pelonggaran kebijakan makro prudensial dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sebelumnya.

"Pelonggaran lebih lanjut akan dilakukan setelah dilakukan asesmen menyeluruh perekonomian domestik dan global," ujar Tirta, Kamis (14/1/2016).

Ruang penurunan lagi Kepala Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menilai penurunan BI rate mengindikasikan risiko perekonomian domestik mereda.

Apalagi BI selalu mempertimbangkan sejumlah indikator, seperti kurs, inflasi, dan defisit transaksi berjalan.

BI mencatat, rupiah menguat 0,36% pada Desember 2015 dibandingkan bulan sebelumnya ke level Rp 13.785 per dollar AS.

Inflasi 2015 pun rendah, hanya di level 3,35% sepanjang 2015. Sementara defisit transaksi berjalan, ada kemungkinan turun dari 3,1% ke 2% terhadap PDB.

Menurut Lana, pelonggaran kebijakan BI memang bisa berlanjut. Sebab BI memiliki ruang menurunkan BI rate hingga level 6,5% tahun ini. “BI bisa menurunkan BI rate berturut-turut dua bulan ke depan masing-masing 0,25%,” katanya.

Namun agar pasar keuangan tetap terjaga, pemerintah harus berkomitmen membantu menyediakan suplai dollar AS.

Sebab saat ini BI hanya bisa mengandalkan cadangan devisa untuk memenuhi kebutuhan devisa dan menjaga stabilitas rupiah.

Sumber pasokan dollar AS yang menjadi andalan BI tak lain adalah utang pemerintah, baik global bond maupun pinjaman luar negeri.

Jadi, menurut Lana, pemerintah sebaiknya menarik utang valas di enam bulan pertama 2016.

Saat ini BI sulit mengandalkan ekspor, mengingat harga komoditas masih akan tiarap.

Harga minyak mentah yang menyentuh level psikologis US$ 30 per barel akan memukul harga komoditas lain sehingga ekspor Indonesia yang mayoritas berbasis komoditas akan tumbang.

Di sisi lain, rendahnya harga minyak akan membuat The Fed menunda kenaikan suku bunga lantaran inflasi yang relatif rendah. BI bisa memanfaatkan momentum ini untuk menurunkan suku bunga lagi.

Jika BI hanya memotong Bi rate satu kali setahun, dampak ke ekonomi tidak akan signifikan.

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mochammad Doddy Ariefianto juga berpendapat, BI masih punya ruang menurunkan suku bunga hingga ke posisi 7%.

“Jangan sampai setelah diturunkan, dinaikkan lagi, ini akan menimbulkan persepsi negatif bagi pasar,” tuturnya. (Amailia Putri Hasniawati)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini