TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- PT Pertamina (Persero) hingga saat ini masih mengkaji peluang mengambil alih pengelolaan Blok East Kalimantan dari existing operator, yakni Chevron Indonesia Company (CICO).
"Blok East Kalimantan menjadi salah satu yang direview setelah Chevron tidak lagi melanjutkan, kami lihat seperti apa supaya keekonomian, kalau Pertamina masuk, tentu akan disampaikan ke pemerintah untuk sharing-nya seperti apa nanti," ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, Jakarta, Sabtu (30/1/2016).
Pengkajian tersebut, kata Dwi, demi melihat potensi cadangan minyak di blok tersebut sampai besaran biaya eksploitasi yang akan dikeluarkan perseroan jika telah diambil alih.
"Potensi cadangan kemudian cost of exploitasinya nanti berapa, biaya yang dibutuhkan sehingga apa nanti bisa masuk total costnya di level di bawah 30 per barel dolar AS," tutur Dwi.
Chevron Indonesia Company memutuskan tidak memperpanjang kontrak pengelolaan Blok East Kalimantan setelah kontrak blok ini berakhir pada 24 Oktober 2018 mendatang. Pengelolaan blok tersebut oleh Chevron akan dikembalikan kepada Pemerintah Indonesia.
Managing Director Cevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor menyatakan, pihaknya selama ini telah mengelola Production Sharing Contract (PSC) East Kalimantan dan menyediakan suplai gas yang berkelanjutan ke Kilang LNG Bontang dan Kilang Balikpapan.
"Chevron tidak akan mengajukan perpanjangan PSC EKAL dan akan mengembalikan aset tersebut kepada Pemerintah Indonesia pada tanggal 24 Oktober 2018," katanya seperti dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.