News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Diduga Sumir, Menteri Pertanian Diminta Validasi Ulang Data Pangan Nasional

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pekerja memanen jagung di Desa Sei Beras Sekata, Deliserdang, Sumut, Rabu (20/6/2012). Petani jagung mengaku panen jagung kali ini kurang menguntungkan, dikarenakan anjloknya harga jual jagung yakni Rp 1.500 sampai Rp.1.700 per kg. Tribun Medan/Dedy Sinuhaji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan meminta Kementerian Pertanian untuk memvalidasi data kebutuhan pangan di dalam negeri secara cermat. Sebab menurutnya, kasus tingginya harga jagung beberapa bulan terakhir telah membuat harga daging dan telur ayam melonjak hingga tiga kali lipat.

"Kita ingin harga-harga pangan tetap stabil agar rakyat tidak semakin susah. Kalau ada antisipasi harga jagung tak akan terjadi lonjakan harga seperti sekarang ini," kata Daniel di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (5/2/2016).

Wasekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menuturkan, pemerintah harus memiliki data akurat terkait produksi pangan dalam negeri. Dikatakannya, tanpa data valid, akan sangat sulit menjaga kestabilan harga pangan.

"Kita benar-benar membutuhkan data yang valid. Tanpa data yang valid bagaimana buat kebijakan? Kekisruhan yang terjadi sekarang ini akibat data yang tidak valid," ujarnya.

Menurut data yang disampaikan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, produksi jagung dalam negeri 22,2 juta ton pada tahun 2015 lalu. Sementara kebutuhan nasional 21,8 juta ton.

Sementara menurut data yang dirilis dari Kementerian Pertanian Amerika Serikat, produksi jagung Indonesia hanya sebesar 9,6 juta ton pada tahun 2015 (indexmundi.com). Artinya data produksi jagung nasional itu jauh dari data yang dimunculkan kementerian pertanian.

"Saya heran kenapa data produksi jagung kita lebih diketahui oleh pihak luar daripada pemerintah kita sendiri. Bagaimana buat kebijakan untuk rakyat kalau seperti ini?" keluhnya.

Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo menyayangkan buruknya data komoditas pangan seperti jagung yang dimiliki oleh Kementerian Pertanian. Kondisi itu membuat harga jagung melambung tinggi dan berdampak pada pasokan pakan ternak.

Edhy juga mempertanyakan data dirjen Tanaman Pangan terkait produksi jagung itu. Tidak jelasnya data itu dituding sebagai penyebab mahalnya harga komoditi itu.

“Produksi jagung yang dilaporkan ke kita kalau benar ada 20 juta ton dan bila sesuai target bisa 24 juta ton. Kebutuhan pigmill (pabrik pakan ternak) hanya 7 juta ton saja. Terus dimana jagung itu. Kenapa mahal seperti sekarang?” tanyanya.‎

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini