TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pembangunan jalur ganda kereta api (double track) di sepanjang Pantai Utara Jawa dinilai kurang efektif untuk mengalihkan angkutan logistik dari truk ke kereta api. Buktinya, kereta logistik di jalur itu hanya mengangkut sekitar 10% dari target 1 juta TUEs.
Menurut anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Soekartono, kegagalan angkutan kereta logistik itu disebabkan infrastruktur di sepanjang jalur double track kurang memadai dan biayanya relatif mahal.
"Jalur itu sangat crowded, stasiun umumnya berada di tengah kota, jalan ke luar masuk stasiun sempit, infrastruktur stasiun minim seperti tidak adanya depo kontainer. Di tiga provinsi yang dilalui jalur itu juga terdapat 1.400 lintas sebidang, 60% di antaranya belum dijaga petugas," ujarnya, Sabtu (20/2/2016).
Akibatnya, 200 rangkaian kereta yang melalui jalur ganda itu setiap hari membuat lalu lintas jalan semakin padat dan berisiko tinggi terjadinya kecelakaan. Apalagi saat ini sekitar 2 juta truk simpang siur di jalan raya, ditambah ribuan kendaraan di daerah setempat.
Padahal, kata Bambang, untuk memindahkan 1 juta TEUs dari angkutan jalan, pemerintah cukup mengerahkan dua kapal berkapasitas masing-masing 1.500 TEUs. Ini dengan asumsi 200 rangkaian kereta logistik bisa mengangkut total 300 TEUs per hari.
Biaya pengadaan dan pengoperasian dua kapal itu pun jauh lebih murah dibandingkan dengan kereta api. Apabila setiap rangkaian kereta api membutuhkan sekitar Rp75 miliar berarti dibutuhkan Rp15 triliun untuk pengadaan 200 rangkaian tersebut.
Dana sebesar itu, tutur Bambang, bisa digunakan untuk membeli 30 kapal masing-masing berkapasitas 1.500 TEUs sehingga jumlah barang yang bisa diangkut mencapai 45 juta TEUs.
Biaya operasional kapal juga jauh lebih murah, selain cepat dan lebih aman sehingga akan mengurangi kepadatan jalan raya di Pantura.
Jika mengoperasikan kereta, jelas Bambang, diperlukan tambahan operator kereta dan penjaga pintu perlintasan, infrastruktur stasiun, alat berat untuk memindahkan kontainer dan sebagainya. Selain itu, perlu angkutan truk dari setiap stasiun ke tempat tujuan barang.
"Pemilik barang akan menghitung, jika menggunakan truk loading-unloading cuma sekali tetapi kalau kereta api dua kali, yakni dari truk ke kereta kemudian dari kereta ke truk lagi sehingga biayanya bisa lebih mahal," ungkapnya.