TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) tak akan berlama-lama memangkas suku bunga kreditnya. Direktur BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, untuk mewujudkan rencana tersebut,
BTN akan memilah dan memprioritaskan produk-produk pinjaman apa sajakah yang bunganya bisa diturunkan terlebih dahulu.
Karena BTN merupakan bank fokus di bidang pembiayaan perumahan, lanjut Iman, tentu kredit kepemilikan rumah (KPR) non-subsidi jadi prioritas. "Kami inginnya bisa cepat (turunkan bunga)," kata Iman.
Intinya, BTN mendukung aspirasi pemerintah yang menginginkan suku bunga kredit bisa di bawah 10 persen.
Alasannya, bukan perkara sulit bagi BTN mengerek turun suku bunga pinjamannya. Sebab, kata Iman, cost of fund (CoF) BTN relatif tinggi jika dibandingkan dengan bank-bank Buku IV yang lain.
CoF merupakan komponen terbesar yang menyebabkan suku bunga kredit BTN tinggi. Dengan dukungan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang membatasi alias capping bunga deposito, BTN bisa melakukannya.
Selain aturan OJK, penurunan BI Rate di angka 7%, rate penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta aturan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bakal terbit tentang capping suku bunga deposito BUMN, juga turut membuat Iman optimistis, BTN mampu memangkas suku bunga kreditnya menjadi satu digit.
"CoF BTN relatif tinggi karena sekitar 60% berasal dari dana pihak ketiga (DPK) corporate atau lembaga pemerintah yang price sensitif," kata dia.
Apa risiko bagi BTN jika suku bunga kredit menjadi satu digit? Lantas, bagaimana BTN menyiasati net interest margin (NIM) mereka kalau suku bunga jadi satu digit?
Iman bilang, sampai saat ini BTN tidak melihat ada risiko yang tidak bisa termitigasi jika suku bunga kredit menjadi satu digit. Lantas, tentang NIM, Iman hanya menjawab:
"Karena NIM BTN sekitar 4,7 persen, mungkin ini sudah berada di batas toleransi NIM yang diinginkan pemerintah atau regulator," katanya.
Bagaimana pula dengan likuiditas BTN nantinya? Iman hanya berharap, mudah-mudahan tetap terjaga.
Untuk itu, BTN akan meningkatkan DPK ritel dengan strategi digital banking, meningkatkan dana komersial dengan bunga DPK 25 basis poin di atas para pesaing di antara bank Buku IV.
Di samping itu, Iman menambahkan, BTN juga masih punya alternatif pendanaan wholesale melalui penerbitan obligasi, negotiable certificate deposit (NCD), pinjaman bilateral, serta sekuritisasi KPR.
Per 29 Februari, suku bunga dasar kredit (SBDK) BTN berdasarkan segmen bisnis terdiri dari kredit korporasi 11,5 persen, kredit ritel 12,25 persen, dan kredit konsumsi antara 11 hingga 12 persen (cek SBDK BTN). Cuma ingat, SBDK tidak sama dengan suku bunga kredit.
SBDK belum memperhitungkan komponen premi risiko yang besarnya tergantung dari penilaian bank terhadap risiko masing-masing debitur atau kelompok debitur. Jadi, suku bunga kredit yang sampai ke tangan debitur belum tentu sama dengan SBDK.
Sampai akhir Januari 2016 lalu, pendapatan bunga BTN mencapai Rp 1,38 triliun. Dengan beban bunga sebesar Rp 800,92 miliar, pendapatan bersih BTN mencapai Rp 575,60 miliar. Total laba operasionalnya sekitar Rp 177,92 miliar dan laba non-operasional Rp 581 juta. Sehingga, total laba tahun berjalan sekitar Rp 178,50 miliar. (cek kinerja BTN)
BTN menyalurkan kredit sekitar Rp 127,38 triliun dengan pembiayaan syariah Rp 11,25 triliun. Total DPK BTN kira-kira Rp 117,04 triliun, terdiri dari giro Rp 30,17 triliun, tabungan Rp 28,60 triliun, dan simpangan berjangka Rp 58,27 triliun.