News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PT KAI Commuter Jabodetabek Selalu Beli Kereta Bekas dari Jepang, Apa Alasannya?

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja menurunkan gerbong kereta PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) seri 205 Nambu Line di Stasiun Pasoso Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (6/1/2015). Kereta bekas Jepang ini didatangkan Sebanyak 18 gerbong, selanjutnya akan dipindahkan ke Balai Yasa Manggarai. Kedatangan 18 rangkaian kereta tersebut yang merupakan pengadaan PT KCJ tahun 2015 lalu. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) hingga saat ini masih setia menggunakan rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) buatan Negeri Sakura Jepang.

Alasannya karena kemiripan spesifikasi teknis kondisi rel Indonesia dan Jepang.

Menurut Eva Charunisa, Manajer Humas PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), kondisi rata-rata lebar rel di kedua negara sama yakni sekitar 1,067 mm.

Sedangkan kebanyakan negara lain sudah memiliki lebar rel yang lebih luas yakni 1.435 mm. "Sehingga produk KRL nya juga menyesuaikan dan untuk sementara hanya cocok dari Jepang," ujar Eva, Senin (21/3).

Seperti diketahui bersama, tahun ini KCJ akan mendatangkan kembali secara bertahap 60 unit KRL dari Jepang. Rencananya akan dibagi tiga gelombang hingga akhir tahun dan akan dimulai pada bulan Juli ini. Sedangkan tahun lalu, KCJ mengimpor 120 unit.

Meski pun merupakan KRL bekas, namun Eva meyakinkan bahwa kualitas produk Jepang sangat baik. "Bisa tahan 10-15 tahun ke depan," bebernya.

Eva juga menjelaskan perbedaan yang cukup signifikan antara KRL bekas dengan KRL anyar. Untuk KRL baru, satu unitnya bisa mencapai Rp 12 miliar-Rp 14 miliar.

Sedangkan harga KRL bekas juga cukup miring, karena cukup ditebus dengan harga Rp 800 miliar hingga Rp 1 miliar.

 
Reporter: Ragil Nugroho

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini