TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam lima tahun terakhir ini pertumbuhan nilai transaksi di industri farmasi mencapai 15 persen.
"Tahun tahun ini pertumbuhannya diprediksi dekat dengan angka itu, plus minus 1-2 persen," kata Ketua Umum GP Farmasi Johannes Setijono saat pembukaan pameran Convention on Pharmaceutical Ingredients Southeast Asia (CPhI SEA) 2016 di Jakarta.
Saat ini nilai transaksi produk farmasi telah menembus angka Rp 62 triliun sehingga diprediksi tahun ini bisa mencapai Rp 72 triliun.
Dikatakannya saat ini sejumlah industri farmasi tengah membangun pabrik.
"Ada 3-4 perusahaan yang membangun pabrik. Tapi memang prosesnya masih lama, bisa 3-4 th baru selesai dan siap beroperasi," katanya.
Sepengetahuannya, perusahaan dalam negeri yang membangun pabrik ada joint namun ada sendiri.
"Ada yang PMA murni, tapi tergantung asal perusahaan. Seperti PMA Cina cenderung mencari partner dalam negeri,' katanya.
Sementara terkait CPhI SEA yang berlangsung hingga Jumat (8/4/2016) besok, Presiden Direktur PT UBM Pameran Niaga Indonesia, Christopher Eve mengatakan, ajang ini berinteraksi dengan para profesional farmasi global dari seluruh dunia.
"Pameran ini mencakup semua aspek perkembangan farmasi, mulai dari bahan baku obat hingga mesin, kemasan, dan layanan outsourcing pengiriman obat," katanya.
Dikatakannya, di tahun ke lima ini, kami menambahkan Health Ingredients yang fokus pada perpaduan farmasi dan pangan fungsional.
Christopher Eve menambahkan, pameran niaga selama tiga hari ini akan dilengkapi dengan berbagai aktivitas, seperti Innovation Gallery, Exhibitor Showcase, Business Matching, dan Seminar Hi South East Asia.