TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kehidupan yang serba mewah pastinya melekat pada anak-anak para miliarder.
Harta keluarga yang berlimpah pun membuat anak-anak para miliarder bermalas-malasan untuk bekerja dan cenderung selalu berfoya-foya.
Namun, hal tersebut tidak tecermin pada Armand Wahyudi Hartono.
Dia adalah putra orang terkaya di Indonesia, Robert Budi Hartono, yang kekayaannya ditaksir mencapai 8,7 miliar dollar AS (Forbes 2015) atau setara dengan Rp 113 triliun (asumsi Rp 13.000 per dollar AS).
Putra bungsu bos Grup Djarum ini sangat apik dalam mengelola keuangannya.
Tak hanya itu, dia pun tidak pernah boros bila sedang menggunakan fasilitas rumah.
"Dari listrik, kita bisa saving. Nyalain AC sebentar. Kalau sudah dingin, begitu mau tidur, kita matikan. Kan yang paling penting pas mau tidurnya, di tengah-tengah panas dikit gak apa-apalah," ujar Armand di Jakarta, Kamis (21/4/2016).
Tak hanya hemat dalam menggunakan fasilitas rumah, pria kelahiran Semarang, 20 Mei 1975, ini pun menjunjung tinggi "SRI".
SRI yang dimaksud Armand adalah simpanan, riset, dan Investasi.
Meski tidak menyebutkan berapa saja nominal yang diinvestasikan Armand pada semua instrumen investasi, dia berkeyakinan investasi yang terukur sangatlah penting bagi kehidupan mendatang.
"Kita harus punya simpanan. Rajin menyimpan saja dulu, lalu dilakukan riset. Setelah itu baru melakukan investasi karena di investasi itu ada risiko," tutur Armand.
Didaulat jadi Wakil Direktur Utama BCA pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tak membuat Armand merasa gengsi makan di kantin.
Gaya hidup sederhana rupanya diterapkan Armand untuk tetap low profile.
"Gaya hidup harus dijaga, sederhana saja, saya makan di kantin lho. Ya kalau ada nasabah besar barulah di tempat yang bagus, masa makan di kantin," tutur Armand sambil tertawa.
Dalam membawa BCA untuk lebih meningkatkan kinerjanya, sebagai orang Jawa, Armand tahu betul akan filosofi kecukupan orang Jawa.
"Wong Jowo itu ngerti namanya cukup. Kita gak butuh untuk nunjukkin diri kita jadi bank terbesar. Kita cukup nunjukkin jadi satu institusi yang sehat, konsisten di pembayaran, berikan kredit yang prudent, tambah jaringan di tempat yang membutuhkan," kata Armand.(Iwan Supriyatna)