TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) Zulvan Kurniawan menegaskan, bicara soal kretek adalah bicara mengenai tembakau, cengkih, dan saus. Kretek pun bukan rokok.
"Kretek itu beda dengan rokok. Kretek itu kan produk yang di dalamnya ada cengkih. Kemudian merujuk ke tradisi, kretek itu sudah sangat lama. Dan jangan lupa awal ditemukan kretek juga dipakai sebagai obat untuk sakit nafas. Jadi kretek memberikan kemaslahatan, jadi jelas bermanfaat," tegas Zulvan, Kamis (21/4/2016).
Hal itu dikatakan Zulvan untuk menanggapi pernyataan LSM Rumah Kajian dan Advokasi Kerakyatan (RAYA) yang menyebut bahwa kretek harus dimusnahkan, karena bukan warisan budaya Indonesia dinilai mengada-ngada.
Zulvan menyatakan, di Indonesia warisan budaya tak benda ada tujuh, di antaranya, batik, keris, angklung, dannoken Papua.
Kretek pun, karena sudah berusia lama, layak masuk warisan budaya tak benda, karena memenuhi unsur seperti pengetahuan, perilaku tradisional, kearifan lokal, kemahiran tradisional.
"Sebagai karya budaya kretek jelas memenuhi," tegasnya.
Sejatinya, imbuh Zulvan, ketika Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 masih berupa rancangan PP (RPP), cengkih sebagai bahan campuran kretek masuk ke RPP.
Namun klausul ini hilang karena desakan kelompok antitembakau.
PP itu sendiri ditengarai sebagai cara pemerintah kala itu untuk mengadopsi Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) yang disokong industri farmasi.
FCTC ini mengharamkan rokok beraroma, seperti aroma mentol atau cengkih.
Budayawan Mohamad Sobary punmenegaskan, ada begitu banyak kalangan yang tidak mampu melihat sisi positif tembakau.
Hal itu terjadi karena mereka umumnya sudah dipengaruhi kepentingan lobi-lobi asing.
Sobary menuding, kapitalis dan kaum lobi sukses mempengaruhi pemerintah hingga mereka mampu mengontrol isi regulasi.
"Campur tangan kepentingan asing itu jelas sangat merugikan kepentingan bangsa kita. Celakanya, ada saja orang Indonesia yang justru tidak berpihak kepada kepentingan Indonesia," sindir Sobary.
Menurut Sobary, kretek harus tetap lestari. Sudah 20 tahun lebih, kretek digoyang dengan target utamanya menghapuskan kretek dari bumi Indonesia. Mereka tak pernah belajar.
“Dulu Amerika pernah berkampanye bahwa minyak kopra tidak hiegenis. Tapi sekarang mereka memproduksi minyak kopra. Sekarang kopra justru hilang dari Indoneia," tegas Sobary.