TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Rencana pembangunan smelter mineral tanah jarang atau rare earth PT Timah Tbk direncanakan mulai konstruksi tahun depan. Kondisinya saat ini masih di tahapan pembicaraan dan pengurusan izin.
”Kita upayakan final discussion tahun ini dan kalau memungkinkan konstruksi akhir tahun atau awal tahun depan, tergantung kajian akhir,” kata Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Agung Nugroho kepada KONTAN, Jumat (13/5/2016)
Pabrik pemurnian rear earth skala industri itu akan memiliki kapasitas produksi mencapai 500 ton per tahun, dengan nilai investasi Rp 100 miliar.
Saat ini PT Timah baru mengoprasikan pabrik yang skala kecil dengan kapasitas 1.500 kilogram pertahun di Kawasan Industri Tanjung Ular, Bangka Belitung.
Sebagai informasi, rear earth atau tanah jarang merupakan sisa dari hasil pemurnan timah batangan atau tin slag.
Rencana ini mencuat melihat harga komoditas tambang timah yang lesu pada tahun lalu.
Nantinya PT Timah akan menggandeng Badan Tenaga Nuklir Nasional dengan bentuk kerja sama penggunaan teknologi serta perizinan.
Reporter: Emir Yanwardhana