TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Riset Cisco terbaru menunjukkan bagaimana peta jalan digital perbankan.
Peta itu untuk mencapai digital value at stake (VaS) atau potensi dasar yang bisa dicapai, yakni hingga 405 miliar dollar AS atau sekitar Rp 5.000 triliun sampai 2017.
Menurut Cisco, sepanjang 2015, potensi ini baru tertangkap sebesar 29 persen dari total nilai tersebut.
Penghambatnya yakni melambatnya pertumbuhan dan inovasi, serta lemahnya keamanan siber.
Masalah keamanan siber membuat perbankan enggan mengadopsi digitalisasi dan bisnis model digital. Hal ini membuat perbankan kehilangan peluang menambah pendapatannya hingga 70 persen.
Pada Jumat pekan lalu, Cicso merilis riset "Roadmap to Digital value in the Retail Banking Industry" yang menyajikan potensi digitalisasi dan peta jalan digital untuk bank.
Menurut riset ini, dengan investasi teknologi yang tepat dan dengan rencana untuk meminimalisir risiko keamanan, perbankan ritel dapat menciptakan cetak biru untuk mencapai digital value at stake.
Bagaimana caranya?
Pertama, bank ritel harus mengakselerasi digitisasi atau mengenyahkan faktor risiko. Hal ini harus dilakukan agar bank ritel tidak terganggu (terdisrupsi) oleh hadirnya Fintech.
Studi DBT Center sebelumnya menyebutkan dari 10 bank mapan, 4 diantaranya bisa digangikan oleh Fintech dalam tiga tahun.
Sementara riset Cisco mengidentifikasi sejumlah solusi kunci bagi perbankan.
Sebut saja video-based advisors, workforce transformation, mobile payments, virtual tellers, information based consulting, white label service, connected ads, marketing dan lainnya.
Semua hal ini harus diimplementasi dengan satu landasan, yakni keamanan siber yang harus ada di setiap lini.
Terkait keamanan siber, sejumlah layanan jadi tidak maksimal di perbankan akibat pihak perbankan melihat keamanan siber sebagai risiko baru yang timbul jika mengimplementasikan digitalisasi.
Misal layanan omnichannel, wealth management, asset transfer, mobile payment, dan mobile banking.
Jika tidak dilakukan digitalisasi, layanan-layanan ini akan jadi kuno dan kurang memenuhi ekspektasi pengguna.
Akibat menahan digitalisasi, perbankan tidak bisa mencapai potensi 144 miliar dollar AS secara global dari 2011-2015.
"Bank, dengan berinovasi dan mendorong produk baru yang relevan ke pasar, serta pengalaman baru ke nasabah dengan cepat, maka bank akan jadi disruptor baru,' ujar Jason Bettinger, Direktur Keuangan untuk Bisnis Group Transformasi di Cisco.