TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak liar di sepanjang sesi I hari ini, Kamis (16/6).
Pada pukul 12.00 WIB, indeks terpeleset dengan penurunan tipis 0,06% menjadi 4.812.
Investor asing menorehkan penjualan bersih (net sell) di seluruh market dengan nilai Rp 5,9 miliar.
Sedangkan di pasar reguler, asing masih mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 6,1 miliar.
Jumlah saham yang tergerus siang ini mencapai 143 saham. Sementara, ada 99 saham yang naik dan 89 saham lainnya diam di tempat.
Volume transaksi perdagangan hari ini melibatkan 2,985 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,410 triliun.
Secara sektoral, ada lima sektor yang tertekan. Adapun tiga sektor dengan penurunan terbesar antara lain: sektor industri lain-lain turun 2,11%, sektor perdagangan turun 0,92%, dan sektor agrikultur turun 0,78%.
Saham-saham yang menduduki posisi top losers indeks LQ 45 antara lain PT United Tractors Tbk (UNTR) turun 3,91% menjadi Rp 13.500, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) turun 2,7% menjadi Rp 2.160.
Selain itu ada juga saham PT Astra International Tbk (ASII) yang turun 2,6% menjadi Rp 6.550.
Di posisi top gainers indeks LQ 45 dihuni saham-saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 9,35% menjadi Rp 760, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) naik 1,64% menjadi Rp 3.720, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 1,43% menjadi Rp 1.775.
Bursa Asia
Bursa Asia tertekan ke posisi terendah dalam tiga pekan terakhir.
Kondisi ini terjadi pasca penguatan yen akibat kebijakan Bank of Japan yang kembali mempertahankan kebijakannya bulan lalu.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 12.13 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,5% menjadi 126,41.
Penurunan terbesar dialami indeks Topix sebesar 1,2% setelah yen perkasa 1,2%.
Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,7%, indeks S&P/NZX 50 naik 0,3%, dan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,3%.
"Market berharap BOJ meningkatkan pelonggaran kebijakan dan menambah akomodasi, seiring pelemahan ekonomi," jelas Tim Condon, head of Asian research ING Groep NV di Singapura.
Reporter: Barratut Taqiyya