Investasi dilakukan terutama pada sektor industri makanan, industri tekstil serta industri alat angkut dan transportasi lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Menperin juga menawarkan kepada para pengusaha India untuk berinvestasi di 10 sektor industri prioritas.
Yaitu industri pangan; industri farmasi, kosmetik dan alat kesehatan; industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka; industri alat transportasi; industri elektronika dan telematika/ICT.
Selanjutnya, industri pembangkit energi; industri barang modal, komponen, dan bahan penolong; industri hulu agro; industri logam dasar dan bahan galian bukan logam; serta industri kimia dasar berbasis migas dan batubara.
Presiden CII Naushad Forbes juga menegaskan India menginginkan bertambahnya perusahaan mereka berinvestasi di Indonesia dan sebaliknya mengundang pelaku industri asal Indonesia memanfaatkan peluang bisnis di negara tersebut.
"CII akan membantu proses investasi dengan berbagi informasi tentang prospek usaha serta mempertemukan dengan perusahaan manufaktur India. Hal yang sama juga kami harapkan secara timbal balik, apalagi sejarah kerja sama kedua bangsa telah berlangsung sangat lama," katanya.
Naushad Forbes yang juga merupakan Co-Chairman of Forbes Marshall, perusahaan produksi dan pengembang teknologi pembangkit energi (steam engineering & control instrumentation) , menyambut baik tawaran kerja sama di bidang permesinan, pembangkit listrik maupun farmasi.
Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Harjanto mengatakan kedua negara dapat bermitra saling memperkuat industri dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing negara.
"Kita dapat memanfaatkan teknologi dari India seperti pembangkit listrik dan industri tekstil. Sebaliknya, kita dapat berperan lebih banyak dalam memasok consumer goods," kata Harjanto.
"Baik barang-barang konsumsi produk industri pengolahan pangan, perawatan tubuh dan lain-lain. Hal ini memanfaatkan populasi India yang mencapai 1,2 miliar jiwa," ulasnya.