TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah situasi perlambatan ekonomi, dan menurunnya daya beli masyarakat, industri periklanan di televisi seperti tak terpengaruh.
Pada Semester I 2016, Adstensity mencatat total belanja iklan untuk 13 stasiun televisi nasional mencapai Rp 49,2 triliun.
Pendapatan ini meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu yakni Rp 32,9 triliun atau terjadi kenaikan sekitar 49 persen.
Tahun lalu Menkominfo Rudiantara, menurut DayliSocial sempat memprediksi televisi konvensional sebagai kandidat sunset industry berikutnya setelah media cetak.
Namun dengan data faktual itu, nampaknya senjakala industri televisi masih tertunda.
Catatan Adstensity memperlihatkan RCTI masih menunjukkan keperkasaannya dengan berhasil mendulang pendapatan kotor dari iklan sebesar Rp 7,4 triliun pada Semester I ini.
Raihan RCTI meningkat dibanding periode tahun lalu yakni Rp 4,7 triliun.
Di posisi kedua masih ditempati SCTV yang pada semester ini mencapai Rp 6,7 triliun, meningkat dibanding semester I tahun lalu yakni sebesar Rp 4,7 triliun.
Peningkatan pendapatan kotor juga dialami oleh MNCTV.
Stasiun televisi milik Hari Tanoe itu memperoleh pendapatan Rp 5,5 triliun, meningkat ketimbang periode yang sama tahun lalu yakni terbilang Rp 3,843 triliun.
Sementara TVRI masih terseok-seok di urutan paling buncit dengan raihan Rp31,3 milliar.
Tapi itu pun masih mending dibanding tahun lalu yang hanya mencapai Rp12 miliar.
Ramadan, Sepakbola, dan Musik Religi
Selama bulan Ramadan berlangsung atau selama Juni 2016 belanja kotor iklan di 13 televisi nasional juga mengalami kenaikan.
Pada Ramadan tahun ini belanja iklan bisa menembus hingga Rp 9,9 triliun atau naik dibandingkan tahun lalu dengan capaian Rp 7 triliun.
Dari pencapaian Rp 9,9 triliun itu, lagi-lagi, RCTI berhasil meraup kue iklan sebesar Rp 1,6 triliun atau sekitar 16 persen.
Perolehan inipun meningkat bila merujuk Ramadan tahun lalu di mana RCTI hanya meraih 1 triliun.
Peningkatan pendapatan RCTI ini kemungkinan berkaitan dengan momentum Euro 2016 yang bertepatan dengan momentum Ramadan.
Dari Euro ini, Rp 312 miliar masuk ke rekening stasiun tv milik Hary Tanoe ini.
Kendati demikian dari sisi pendapatan program acara, Euro 2016 di RCTI masih kalah dibanding dengan Q’Academy Indosiar, sebuah program pencarian bakat islami dengan genre handroh atau sholawat iiringi musik islami. Pencapaiannya menembus Rp353 miliar.
Hal ini terkait dengan jam tayang Q’Academy yang berada di jam prime time I sementara Euro 2016 berada di jam-jam kantuk dini hari sampai menjelang subuh.
Lalu, brand apa yang paling boros belanja iklannya selama Ramadan? Selama Ramadan 1437 H ini Walls tercatat paling boros belanja iklannya hingga Rp 266,5 miliar.
Sementara di posisi kedua ada Djarum dengan cost iklan Rp 259 miliar.
Djarum tercatat memanfaatkan betul momentum Euro 2016 untuk menguasai ruang iklan televisi selama Ramadan.
Data brand dengan spending terbesar ini berbeda dengan tahun lalu di mana brand Marjan (Marjan Melon dan Marjan Coco Pandan) mencapai Rp 428,190 milliar.
Sementara pada tahun ini Marjan tercatat mengalami penurunan spending iklan yakni hanya Rp230,7 miliar atau berada di posisi ketiga.