News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kontruksi Jembatan Holtekamp di Kota Jayapura 39,34 Persen

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Maket dan proses konstruksi Jembatan Holtekamp di Kota Jayapura

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Progres pembangunan fisik Jembatan Holtekamp di Jayapura, Provinsi Papua sepanjang 732 meter saat ini telah mencapai 39,34 persen. Capaian tersebut telah melampaui target yang telah ditentukan yaitu 29,20 persen.

Kepala Balai Jembatan Wilayah X Papua, Oesman H Marbun mengatakan pendanaan pembangunan Jembatan Holtekamp berasal dari tiga sumber.

Yakni, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk Jembatan Utama, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua untuk Jembatan Pendekat Arah Holtekamp dan APBD II dari Kota Jayapura untuk pembangunan Jalan Pendekat dan pembebasan lahan.

Total biaya yang terkumpul Rp 1,7 Triliun.

"Bentang tengah oleh APBN, jembatan pendekat oleh APBD dan jalan akses oleh APBD kotamadya,” ujar Oesman.

Dana APBN untuk pembangunan jembatan utama sepanjang 400 meter.

Sementara untuk dana dari APBD Provinsi Papua dan Kotamadya Jayapura digunakan untuk pembangunan jembatan pendekat sepanjang 332 meter yang terdiri dari 33 meter jembatan pendekat arah Hamadi dan 299 meter arah Holtekamp.

Jembatan Holtekamp dengan lebar 21 meter ini dibangun diatas Teluk Youtefa untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari Jayapura ke Muara Tami.

Pembangunan jembatan ini mempunyai tingkat kesulitan serta resiko yang tinggi dan ditargetkan akan selesai pada 2018.

Kontraktor Konsorsium yang menangani jembatan ini adalah PT Pembangunan Perumahan (Persero), PT Hutama Karya, dan PT Nindya Karya.

Material pembangunan jembatan ini sebagian diambil dari Bitung seperti batu pecah karena untuk mendapatkan mutu beton K500 yang membutuhkan keausan (tingkat kehancuran) tidak boleh lebih dari 20 persen.

“Batu yang ada di Jayapura ini tidak memungkinkan, makanya kita membutuhkan dan mengambil dari Provinsi Bitung, sedangkan pasirnya diambil dari sini (Papua),” tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini