News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rupiah Ada Tren Menguat, Tapi Tipis

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas Bank BRI tengah mengepak uang rupiah untuk dikirim ke kantor cabang seluruh Jakarta, di Kantor BRI Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat. Nilai tukar rupiah terus tertekan terhadap dolar AS dan hampir sentuh Rp11.200 pada Selasa (27/8/2013). Berdasarkan data kurs valas Bloomberg, rupiah anjlok 3,11% ke level Rp11.185 per dolar AS pada pukul 08.17 WIB. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-  Meski data inflasi Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu positif, rupiah berhasil mendulang penguatan.

Di pasar spot, Senin (19/9/2016) lalu, nilai tukar rupiah terangkat 0,02% menjadi Rp 13.152 per dollar AS. Meski begitu, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah justru merosot 0,25% menjadi Rp 13.164 per dollar AS.

Research & Analyst Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, pesimisme pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, menjadi faktor yang memicu keunggulan mata uang garuda ini.

Sementara dari internal, peningkatan penyerapan dana amnesti pajak juga membantu penguatan rupiah.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, ekspektasi pemangkasan 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin turun membantu penguatan rupiah.

Josua memprediksi, peluang rupiah unggul terhadap dollar AS hari ini (20/9) masih terbuka, meski rupiah tidak akan naik signifikan. Maklum, pelaku pasar cenderung berhati-hati jelang pertemuan FOMC.

Penguatan rupiah bakal semakin pasti bila harga minyak mentah naik lagi.

Dengan adanya peluang penguatan berlanjut, baik Josua maupun Faisyal memprediksi hari ini nilai tukar rupiah akan bergulir di kisaran Rp 13.100–Rp 13.200 per dollar AS.

Reporter: Namira Daufina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini