TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Meski data inflasi Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu positif, rupiah berhasil mendulang penguatan.
Di pasar spot, Senin (19/9/2016) lalu, nilai tukar rupiah terangkat 0,02% menjadi Rp 13.152 per dollar AS. Meski begitu, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah justru merosot 0,25% menjadi Rp 13.164 per dollar AS.
Research & Analyst Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, pesimisme pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, menjadi faktor yang memicu keunggulan mata uang garuda ini.
Sementara dari internal, peningkatan penyerapan dana amnesti pajak juga membantu penguatan rupiah.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, ekspektasi pemangkasan 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin turun membantu penguatan rupiah.
Josua memprediksi, peluang rupiah unggul terhadap dollar AS hari ini (20/9) masih terbuka, meski rupiah tidak akan naik signifikan. Maklum, pelaku pasar cenderung berhati-hati jelang pertemuan FOMC.
Penguatan rupiah bakal semakin pasti bila harga minyak mentah naik lagi.
Dengan adanya peluang penguatan berlanjut, baik Josua maupun Faisyal memprediksi hari ini nilai tukar rupiah akan bergulir di kisaran Rp 13.100–Rp 13.200 per dollar AS.
Reporter: Namira Daufina