TRIBUNNEWS.COM, RIYADH - Akibat harga minyak sempat terus anjlok, Pemerintah Arab Saudi melakukan pemotongan pengeluaran finansial.
Pemotongan tersebut termasuk dilakukan atas gaji dari tingkat menteri kabinet pemerintahan sampai ke jajaran staf.
Langkah keputusan pemerintah itu diumumkan oleh seorang menteri di hadapan dewan kabinet, kerajaan, dan Raja Salman bin Abdulaziz.
Pembacaan keputusan itu kemudian disiarkan secara nasional oleh stasiun televisi milik pemerintah, Ekhbariya TV, Selasa (27/9/2016).
"Kabinet pemerintahan juga telah memutuskan untuk menghentikan dan menunda aliran bonus dan tunjangan," demikian pernyataannya.
Dengan demikian, bonus dan tunjangan seperti untuk lembur akan dipotong sekitar 25-50 persen dari gaji, sedangkan untuk cuti ditiadakan.
Tunjangan mobil dan tempat tinggal untuk anggota dewan Majelis Permusyawaratan Arab Saudi juga akan dipotong sebanyak 15 persen.
Arab Saudi terus mengharapkan penyelesaian anjloknya harga minyak dari pertemuan OPEC di Aljazair pada beberapa hari lalu.
Dalam kesempatan itu, perwakilan Arab Saudi mendesak agar pembatasan output minyak dilakukan, namun ditolak mentah oleh Iran.
Anjloknya harga minyak sejak pertengahan 2014 lalu telah memaksa negara kaya sumber daya energi itu menahan pengeluaran negara.
Arab Saudi tercatat mengalami defisit hingga Rp 1.300 triliun pada 2015 lalu. (The Guardian/Reuters)