TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak kembali turun di Rabu (26/10/2016) gara-gara laporan naiknya inventori minyak Amerika Serikat (AS), naiknya produksi di Nigeria dan ketidakpastian rencana negara-negara produsen minyak untuk membatasi pasokan minyaknya.
Hal-hal itu menjadi satu dan meningkatkan kekhawatiran pada kenaikan suplai minyak mentah dunia.
Kontrak minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) CLc1 diperdagangkan di 49,34 dollar AS per barel, atau turun 62 sen dari kontrak sebelumnya.
Sementara minyak mentah Brent LCOc1, pada kontrak perdagangan Rabu ini diperdagangkan di 50,26 dollar AS per barel atau turun 53 sen.
"Minyak defensif pada hari ini mengikuti paparan American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan adanya kenaikan 4,8 milar barel inventori dibanding ekspektasi kenaikan 1,7 miliar barel," kata Jeffrey Halley, senior market analyst di perusahaan broker OANDA di Singapura.
Selanjutnya, data pasokan minyak secara resmi akan dipaparkan Energy Information Administration (EIA) di Rabu malam.
"Paparan EIA malam ini akan mendekati estimasi API dan wajib untuk dicermati malam ini. Kemungkinan harga minyak akan terdorong turun lebih dalam," lanjut dia.
Untuk menambah stok minyak mentah dunia, Royal Dutch Shell sudah bisa mengakses minyak dari terminal Forcados di Nigeria, pasca perbaikan setelah serangan militan.
Di sisi lain, para trader dibuat bingung dengan rencana anggota OPEC menurunkan produksi minyaknya. Hal ini juga memberatkan pasar dan mendorong harga minyak turun.
Anggota OPEC termasuk Libya dan Nigeria sepertinya enggan melakukan pemangkasan produksi. Sedangkan Iran, venezuela dan Indonesia setuju adanya pemangkasan produksi minyak.(Aprillia Ika)