TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggelar Program Fasilitasi Pembentukan Ekosistem Pusat Kreatif Kerajinan Limbah Kayu di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Workshop ini dilakukan setelah tiga bulan pembinaan dan pendampingan terhadap 50 pengrajin yang mewakili dari tiga desa di Konawe.
Di bulan pertama yakni bulan September workshop difokuskan pada edukasi pengrajin terkait potensi ekonomi dari Limbah Kayu serta merangsang para pengrajin untuk langsung berkreasi, di mana di Konawe ini khususnya di Desa Panganjaya, Konawe Selatan yang mayoritas masyarakatnya bekerja di bidang pembuatan mebel.
Workshop sesi kedua menekankan pada kreativitas pengrajin dalam melakukan eksplorasi desain / gambar dari ragam produk kerajinandari limbah kayu yang ada.
Dalam kegiatan selama tiga bulan di Kabupaten Konawe tersebut telah berhasil memberikan semangat serta tambahan skills bagi para pengrajin dalam melakukan perubahan berbasis kearifan lokal dan kebutuhan pasar.
Dari 50 penenun pengrajin yang ikut dalam program ini,banyak sekali hasil kerajinan yang mengalami transformasi baik dalam penggarapannya serta keragaman hasil kerajinannya. Sebelum adanya Program Fasilitasi Pembentukan Ekosistem Pusat Kreatif Limbah Kayu, para pengrajin yang dalam kesehariannya membuat mebel mengaku limbah kayu yang ada hanya di bakar dan dianggap tidak bermanfaat.
“Bermula dari pemahaman akan potensi yang ada di sebiah wilayah khususnya dari 16 subsektor ekonomi kreatif tersebut kita akan angkat guna dapat mengembangkan ekonomi daerah. Ekosistem juga ditujukan agar subsektor unggulan memiliki nilai tambah (value added) yang tinggi terutama dalam hal kualitas produk, sehingga mampu melahirkan banyak usaha rintisan, startup, wirausaha dan UKM dibidang ekonomi kreatif,” jelas Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari dalam rilianya, Rabu (8/11/2016).