TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN (Persero) masih terus mendorong terjadinya akuisisi atas anak usaha PT Pertamina yang bergerak di bisnis energi terbarukan, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Namun langkah ini sepertinya berseberangan dengan rencana pemerintah yang ingin membentuk BUMN khusus di sektor bisnis panas bumi.
Direktur Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara menilai, akuisisi PGE bertujuan untuk mendukung performa PLN agar bisa melepas saham perdananya di lantai bursa.
Jika hal itu terjadi, akan sangat membahayakan posisi saham Pemerintah di anak usaha Pertamina tersebut.
"Jangan-jangan nanti ujungnya buat IPO (Initial Public Offering)," ujar Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara di Jakarta, Selasa (22/11/2016).
Marwan memaparkan, jika rencana IPO itu dijalankan, pemerintah tidak punya kesempatan mengambil alih kembali saham negara yang sudah dilepas ke bursa.
Marwan yakin banyak investor dan pengusaha yang tertarik membeli saham anak usaha Pertamina tersebut.
"Kalau di IPO-kan ujungnya menjual saham negara dan posisi negara jadi minoritas, IRESS tidakk mendukung IPO," kata Marwan.
Marwan mencontohkan, pada awalnya 10 sampai 15 persen saham PGE bisa dilepas ke pasar. Tapi ketika APBN defisit sisa saham lainnya dijual lagi ke busar.
Lama-lama posisi Pemerintah di PGE menjadi pemegang saham minoritas.
"Itu sangat merugikan negara," papar Marwan.