TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Tren perbankan di Indonesia tahun depan masih akan diwarnai oleh risiko munculnya kredit macet alias non performing loan (NPL).
Chief Economist PT Bank Danamon Indonesia Tbk Anton Hendranata dalam paparan proyeksi ekonomi Indonesia di Jakarta, Rabu (30/11/2016) mengatakan, tren NPL itu dia perkirakan akan turun di paruh kedua 2017.
"NPL perbankan masih akan mewarnai di 2017, tapi di paruh kedua akan lebih baik. Tensi politik sedikit naik," ujarnya.
Anton Hendranata juga menjelaskan, tren perekonomian global tahun depan akan banyak diwarnai oleh tren ekonomi dan kebijakan ekonomi yang akan diambil Pemerintah Amerika Serikat, yang efeknya juga akan berimbas ke negara lain seperti Indonesia.
Kecenderungannya, lanjut Anton, ekonomi AS akan naik. Efeknya, ekonomi negara lain akan mengalami konstraksi.
"Ekonomi AS akan naik, suku bunganya juga naik, negara lain suku bunga cenderung turun. Di domestik, kita ada konsolidasi fiskal di APBN kita, membuatnya menjadi lebih kredibel dan rasional. Sebelumnya target penerimaan pajak sangat tinggi. Sekarang dibuat lebih rasional. Ada risiko dari kebijakan ini yakni penghematan besar-besaran di belanja APBN kita," jelas Anton.
Bagaimana dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2017? Anton memperkirakan produk domestik bruto Indonesia tumbuh 5,04 persen dengan indeks harga konsumen year on year atau inflasi 4,2 persen karena kenaikan harga komoditas yang diatur pemerintah (administered price).
Sementara, suku bunga BI Anton perkirakan, akan tetap. "Tapi jika tekanan terhadap rupiah tinggi. Suiku bunga oleh BI bisa naik," ujar Anton Hendranata.
Tentang estimasi kurs rupiah tahun depan, Anton memproyeksikan rata-rata akan berada di kisaran Rp 13.207 sampai Rp 13.507 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah di akhir tahun 2017 dia perkirakan akan berada di kisaran Rp 13.131 sampai Rp 13.550.
BI Rate/SBI 12 bulan dia perkirakan di posisi 5,85-6 persen, BI 7D RR di posisi 4,75 sampai 5 persen/tahun, pertumbuhan pinjaman baru sektor perbankan year on year 9,33 persen, dan pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga 9,15 persen year on year.