TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia), pelopor sekaligus pemimpin pasar laboratorium klinik di Indonesia, mulai hari ini hingga 2 Desember 2016 menggelar penawaran umum saham perdana sebagai bagian dari proses Initial Public Offering (IPO) di Jakarta.
Kegiatan ini dilakukan menyusul diperolehnya pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 29 November 2016. Pencatatan saham perdana Prodia dijadwalkan pada 7 Desember 2016.
“Kami bersyukur dan berterima kasih atas dukungan dari regulator, profesi penunjang dan para investor terhadap proses IPO Prodia. Kami berharap kehadiran Prodia di pasar modal akan memberikan nilai tambah yang optimal kepada para stakeholders dan shareholders,” jelas Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty, dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (30/11/2016).
Setelah melalui tahapan bookbuilding dengan melibatkan investor domestik dan luar negeri, Prodia menetapkan harga IPO di level Rp 6.500 per lembar saham. Sehingga dengan melepas 20% saham yang setara dengan 187,5 juta saham, Prodia akan memperoleh dana sekitar Rp 1,22 triliun.
Dewi mengatakan, besarnya minat investor terhadap IPO Prodia membuktikan bahwa kepercayaan investor terhadap model bisnis dan prospek usaha Prodia sangat tinggi. Apalagi sebagai pemimpin pasar laboratorium klinik di Indonesia, jaringan Prodia sudah menjangkau 30 provinsi di seluruh Indonesia dengan populasi lebih dari 250 juta jiwa.
Dengan fundamental perusahaan yang kuat dan rekam jejak lebih dari 43 tahun, Dewi meyakini prospek pertumbuhan bisnis Prodia akan semakin kuat sejalan dengan peningkatan masyarakat kelas menengah dan tingginya kesadaran terhadap isu-isu kesehatan di Indonesia. Frost & Sullivan, lembaga survei independen global, memproyeksikan belanja kesehatan di Indonesia pada tahun 2017 sebesar US$ 29 miliar.
“Belanja kesehatan masyarakat Indonesia per kapita termasuk paling rendah di Asia, sekitar US$ 103,6 per kapita pada 2015. Melalui IPO ini kami ingin mengoptimalkan peluang tersebut dan menjadikan Prodia sebagai tuan rumah di negeri sendiri,” kata Dewi.