Selama kuartal III 2016, program ini menghasilkan penghematan hingga USD 1,6 miliar.
Pertamina tahun ini memprioritaskan sejumlah proyek. Di bisnis upstream dan panas bumi, Pertamina menggarap proyek Matindok Gas Development Project, Jambaran-Tiung Biru Gas Field, dan Geothermal Lumut Balai 1 & 2, Ulubelu 3 &4.
Di midstream dan gas pipeline network, proyek yang digarap adalah Muara Karang–Muara Tawar–Tegalgede (Jawa Barat), dan Gresik – Semarang (Jawa Timur dan Jawa Tengah)
Di downstream, Pertamina menggarap proyek Upgrade on Refinery IV Cilacap (Proyek Langit Biru Cilacap) dan Development of Fuel Terminal in Sambu Island, Operasi di Tiga Negara.
Pertamina lewat anak usahanya, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), mencatat keberhasilannya menjalankan bisnis di Aljazair, Irak dan Malaysia.
Direktur Utama PT PIEP Slamet Riadhy, Jumat (16/9/2016) lalu menyatakan, dari bisnis di tiga negara tersebut Pertamina meraih produksi 120.000 barel setara minyak per hari (BOEPD).
Target produk migas pada 2025 dari ladang-ladang yang dikelola PIEP di luar negeri mencapai 600.000 BOEPD. Rinciannya, produksi minyak 420.000 barel per hari dan sisanya gas.
Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, akuisisi blok-blok migas di luar negeri akan menjadi salah satu aksi korporasi penting bagi Pertamina.
Di 2030 nanti, dari ladang-ladang migas di dalam dan luar negeri Pertamina memproyeksikan bisa meraih 2 juta BOEPD per hari.
Untuk mengejar target itu, sampai 2030 Pertamina telah menyiapkan anggaran sebesar 146 miliar dolar AS untuk investasi di sektor hulu dan hilir.
Pertamina juga sedang dijajaki kerja sama di Afrika Barat, Timur Tengah, dan Asia Barat serta rencana kerja sama pengelolaan blok migas dengan Rosneth di Rusia.