News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Presiden Jokowi Minta Yuan Jadi Tolak Ukur Nilai Tukar Rupiah

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo

Jika melihat secara historis, sehari setelah Trump memenangi pilpres AS, investor dan pialang AS langsung menarik dananya di berbagai belahan dunia untuk dialihkan ke pasar keuangan dan pasar modal AS. Bursa Wall Street pun melejit. Indeks Dow Jones naik 1,4 persen pada perdagangan Rabu (9/11).

Kondisi serupa juga terjadi pada indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq. Sebaliknya, bursa saham di berbagai negara rontok akibat ditinggalkan investor AS terutama negara-negara Asia dan emerging market.

Indeks Nikkei Jepang tersungkur 5,4 persen pada perdagangan Rabu. Pada hari yang sama Indeks Hang Seng Hongkong jatuh 2,15 persen.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia juga tak luput, tergelincir 1 persen pada perdagangan Rabu. Bahkan kejatuhan IHSG terus berlanjut hingga Jumat (11/11), saat indeks ditutup di level 5.289, anjlok 161 poin dibandingkan penutupan sehari sebelumnya.

Seiring mengalirnya modal ke pasar AS, permintaan terhadap dollar AS pun meningkat sehingga mata uang Paman Sam itu menguat terhadap mata uang lainnya.

Kurs rupiah pada perdagangan di pasar spot antarbank Jakarta (Jisdor) Kamis (10/11), ditutup melemah menjadi Rp 13.118 per dollar AS. Pelemahan terus berlanjut pada penutupan perdagangan Jumat saat kurs rupiah berada di level Rp 13.350 per dollar AS.

Di tengah perdagangan Jumat, rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 13.800 per dollar AS sebelum akhirnya Bank Indonesia melakukan intervensi ke pasar.Tekanan terhadap rupiah bakal lebih besar jika Bank Sentral AS, Federal Reserve, jadi menaikkan suku bunga acuannya menjelang akhir tahun ini.

Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan maksud pernyataan Presiden Joko Widodo mengenai acuan mata uang perekonomian dalam negeri. Menurut Sri Mulyani, nilai tukar rupiah tidak hanya berasal dari satu mata uang saja karena Indonesia memiliki partner dagang dari berbagai negara.

"Indonesia itu memiliki partner dagang maupun investasi. Kalau dilihat dari sisi kebutuhan, apa yang disebut competitiveness, nilai tukar yang selama ini dianggap sebagai indikator itu tidak hanya dari satu mata uang dan satu destinasi seperti Amerika Serikat, tapi yang seperti disampaikan oleh Presiden, adalah Indonesia juga memiliki banyak partner lain," ujar Sri Mulyani.

Lima mata uang yang menjadi mata uang utama di dunia selain dolar Amerika Serikat adalah Yuan, Euro, Yen, dan Poundsterling. Dengan demikian, Sri Mulyani menjelaskan bahwa lemah atau menguatnya mata uang tidak bisa hanya dibandingkan dengan dolar Amerika Serikat.

"Jadi kalau melihat apresiasi atau depresiasi, ini harus kepada basket of currency itu, tidak hanya fokus kepada dolar Amerika Serikat saja," kata Sri Mulyani.(tribunnews/nicolas manafe/kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini