TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah gagal bertahan di hadapan dollar AS selama sepekan ini. Sentimen eksternal terkait rencana kenaikan suku bunga The Fed tahun depan menjadi beban utama mata uang garuda.
Di Pasar Spot, Jumat (23/12) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat 0,13 persen ke level Rp 13.452 dibanding sehari sebelumnya.
Baca: Pasang Surut Rupiah Sepanjang 2016
Namun dalam sepekan terakhir, rupiah terkikis 0,42 persen. Sementara kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan rupiah melemah 0,26 persen di Rp 13.470 dan tergerus 0,33 persen dalam sepekan terakhir.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, pelamahan rupiah dalam sepekan ini masih didominasi oleh rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih agresif tahun depan.
Pidato Gubernur The Fed, Janet Yellen menegaskan jika kondisi tenaga kerja Amerika Serikat (AS) positif sehingga dapat mendukung kenaikan suku bunga.
"Investor cenderung memilih untuk memegang dollar AS," ujarnya.
Padahal, kondisi rupiah dari sisi fundamental sebenarnya cukup positif. Angka inflasi terkendali, neraca perdagangan mengalami surplus dan angka cadangan devisa masih dalam level aman.
"Dua hari terakhir juga sudah mulai terlihat arus dana asing yang kembali masuk ke pasar saham dalam negeri," imbuh Reny.(Wuwun Nafsiah)