TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya pemerintah dalam menekan harga daging sapi dalam negeri masih menjadi persolan yang belum kunjung usai.
Intervensi pasar yang dilakukan pemerintah dengan mendatangkan daging kerbau dan jeroan asal India agar meMberikan alternatif kepada masyarakat, hingga operasi pasar dan program Toko Tani Indonesia belum membuahkan hasil yang signifikan.
Pasca Natal dan menjelang akhir tahun 2016, harga daging sapi segar masih bertengger di Rp 110.000 sampai Rp 125.000 per kilogram (kg) di pasaran.
"Kalau harga daging, pantauan kami di beberapa wilayah memang harganya masih diatas Rp 100.000 per kg, ini masih tidak tergoyahkan signifikan terhadap intervensi yang sudah dilakukan pemerintah," ujar Rochadi Tawaf, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) kepada Kompas.com, Selasa (27/12/2016).
Dia menambahkan, saat ini harga daging sapi segar, kalaupun turun, tidak sampai di bawah Rp 100.000 per kg.
Menurutnya, faktor melambungnya harga daging segar di Indonesia karena dipengaruhi tingkat kebutuhan masyarakat dan tumbuhnya industri pengolahan daging.
Selain itu, tingkat kebutuhan tidak sesuai dengan suplai daging sapi. Rochadi mengatakan, daging sapi segar yang ada di pasaran saat ini sudah tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.
Hal ini disebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat dan lebih memilih konsumsi daging sapi.
"Populasi naik, kesejahteraan naik, seharusnya ini diikuti dengan meningkatkan suplai ke pasaran. Kalau jumlah suplainya tidak mengikuti pertumbuhan populasi dan kesejahteraan, pasti harga barang (sapi) ya naik tinggi," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, setiap satu tahun sekali akan ada peningkatan konsumsi daging sapi masyarakat dan diperlukan juga peningkatan produksi sapi dalam negeri.
Nah, peningkatan ini yang belum diperhitungkam oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Pertanian.
"Kedua Kementerian tersebut seharusnya memiliki data valid berapa jumlah populasi masyarakat yang berpotensi mengkonsumsi bahan makanan pokok seperti daging, dan berapa suplai ke pasaran. Jika data ini benar, maka seharusnya tidak ada kenaikan harga yang signifikan," pungkasnya.