TRIBUNNEWS.COM – Mengulang kesuksesannya di tahun lalu, GetCRAFT, salah satu perusahaan di Asia Tenggara yang menyediakan content marketing network kembali mengadakan “Jakarta Content Marketing MeetUp”, Selasa (7/2/2017) di Midtown Bistro and Lounge, Jakarta.
Acara ini dihadiri oleh 125 tamu yang terdiri dari professional marketers dari brand dan agensi global serta startup yang sedang berkembang pesat.
Membuka acara, Patrick Searle, Co-founder and Group CEO GetCRAFT mengungkapkan bahwa para marketers menghabiskan dana hingga 31,5 miliar rupiah untuk kampaye mereka pada platform digital.
Setelah itu, acara dilanjutkan pada sesi diskusi dan tanya-jawab yang diisi oleh para marketers terkenal Indonesia, seperti Colin McDougall, Chief Marketing Officer AXA Indonesia; Jo Semindang, Corporate Marketing & Online Business Director Samsung Electronics; dan Pradeep Harikrishnan, Technical Advisor IPG Mediabrands.
Pada sesi ini, Patrick menayakan berbagai pertanyaan seputar dunia marketing Indonesia kepada para panelis.
Chief Marketing Officer (CMO) yang hadir menyakinkan para peserta bahwa setiap keputusan yang mereka buat itu terbukti efektif dan tepat terhadap investasi yang mereka keluarkan.
Perhitungan inilah yang menjadi dasar efektifnya strategi marketing mereka.
“Tidak seperti TVC (iklan televisi) dan banner di jalan, strategi marketing melalui digital sangatlah sulit untuk dibuktikan efisiensinya. Oleh sebab itulah, ketika dilaporkan kepada pimpinan nanti, kami membutuhkan banyak laporan data supaya mereka percaya apa yang kita keluarkan itu sepadan,” ungkap Jo Semidang.
Jo juga mengungkapkan, strategi marketing tradisional juga masih efektif digunakan.
“Apalagi bagi mereka yang berada di daerah kurang akses internet. TVC dan banner masih sangat efektif untuk mencapai target pemasaran tertentu,” kata Jo.
Selain itu, menurut Colin McDougall, walaupun bukan menjadi strategi utama dalam marketing, banyak perusahaan yang mulai berpindah dari media tradisional dan fokus pada marketing digital.
Itu karena, tambah Colin, digital marketing dinilai lebih efektif dari segi pengeluaran.
Tak hanya disitu, pada digital marketing, para marketer juga menghadapi beberapa tantangan.
Salah satunya, banyak data yang tersedia diluar sana, namun para CMO memerlukan pemahaman lebih akan nilai data-data tersebut.
“Mengenai data yang besar, para CMO dihadapi pada kualitas data, bagaimana untuk menganalisis data tersebut dan kemampuan secara benar untuk menggunakan data tersebut,” ungkap Jo.
Disisi lain, Pradeep Harikrishnan menyebutkan tentang hyperlocalization atau istilah dalam marketing yang berarti personalisasi yang sangat tepat sasaran.
“Hyperlocalization membuat para CMO terus membuat tindakan pribadi berdasarkan data untuk setiap pelanggan yang mempengaruhi perilaku pembelian mereka,” ujar Pradeep.
Kemudian, Colin juga mengatakan bahwa pada akhirnya itu semua bermuara pada mereka yang benar-benar memanfaatkan data besar yang ada.
“Sebagai CMO, tantangan saya secara luas untuk menemukan bakat yang tepat, tak hanya memiliki kemampuan teknis, tetapi juga cukup fleksibel sehingga bisa beradaptasi pada dinamika pengaturan marketing atau lanskap digital,” kata Colin.
Pada akhirnya, seperti diketahui secara luas, inti marketing harus memahami konsep pengalaman pelanggan.
“Penting bagi saya untuk membuat semua orang di perusahaan (tidak hanya tim pemasaran) menyadari bahwa mereka berperan dalam memecahkan masalah pelanggan mereka dan melibatkan mereka dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan di titik sentuhan yang berbeda, sepanjang perjalanan pembelian pelanggan,” tambah Colin.