TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah sempat melambat pada tahun 2015, belanja iklan mulai pulih tahun lalu. Berdasarkan data Nielsen Advertising Information Services, belanja iklan tahun 2016 tumbuh 14%.
Dengan angka pertumbuhan ini, belanja iklan televisi dan media cetak mencapai Rp 134,8 triliun.
Emiten media, khususnya televisi, tahun ini masih akan bertumbuh seiring dengan membaiknya belanja iklan.
Dari sisi pangsa pasar, persaingan kuat muncul dari tiga grup media arus utama, yakni PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA).
Christine Natasya, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan, pertumbuhan belanja iklan bersih di tahun ini masih akan sejalan dengan pertumbuhan tahun lalu.
"Pertumbuhan belanja iklan bersih (net) masih single digit, sama seperti tahun lalu. Prospek emiten media masih menarik," kata Christine, Rabu (22/2/2017).
Pada Januari 2017, persaingan berebut pangsa pasar pemirsa pada prime time terlihat cukup ketat. MNCN meraih pangsa pasar pemirsa 41,8% turun dari Desember yang sebesar 43,2%.
Lalu, SCMA meraih 23% pangsa pemirsa turun dari 24,8%. Sementara itu, pangsa pemirsa VIVA 18%.
Di kuartal empat 2016, MNCN membukukan pendapatan Rp 1,5 triliun atau naik 6,1% year on year. Sepanjang tahun 2016, pendapatan MNCN mencapai Rp 6,8 triliun atau naik 5,5% yoy. Menurut Christine, pendapatan MNCN masih sejalan dengan industri.
Menurut survei Nielsen, RCTI tetap stasiun yang paling banyak ditonton selama prime time, dengan pangsa pemirsa di Januari 2017 sebesar 27%, diikuti oleh ANTV sebesar 21,8%.
Ferdy Wan, Analis Mandiri Sekuritas, mengatakan, dari saham-saham emiten media, SCMA terlihat memiliki prospek paling menarik. Belum lama ini, SCMA mengakuisisi saham PT Sinemart Indonesia untuk meningkatkan kualitas konten sinetron.
SCMA pun meluncurkan empat sinetron baru. Menurut Ferdy, melihat kesuksesan Sinemart dalam menggarap sinetron sebelumnya, SCMA akan mendapat peningkatan proporsi prime time pemirsa pada Maret 2017.
Di sisi lain, Christine mengatakan, MNCN masih memiliki posisi kuat, dengan sinetron di RCTI yang menguasai pangsa pasar. Menurut dia, jika MNCN dapat mempertahankan pangsa pemirsa yang tinggi, pendapatan tahun ini tidak akan terganggu.
Sebaliknya, biaya produksi akan lebih rendah karena MNCN tidak lagi membeli konten dari Sinemart. Christine memperkirakan pendapatan MNCN masih akan tumbuh 9% di tahun ini.
Christine merekomendasikan trading buy saham MNCN dengan target harga Rp 1.915 per saham. Ia menjadikan SCMA sebagai top pick saham emiten media dengan rekomendasi buy di target harga Rp 3.290.
Analis Bahana Securities Henry Wibowo lebih menjagokan saham SCMA dengan rekomendasi buy dengan target Rp 2.960.
Reporter: Narita Indrastiti, Sinar Putri S.Utami