News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusia Ambil Alih Status Sebagai Produsen Minyak Terbesar di Dunia

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anjungan minyak lepas pantai (oil rig) milik perusahaan minyak Rusia.

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Rusia merebut gelar sebagai produsen minyak terbesar dunia dari Arab Saudi. Pada Desember 2016 lalu, produksi minyak Rusia tercatat sebanyak 10,49 juta barel per hari, atau turun 29.000 barel per hari dari posisi November 2016.

Jumlah produksi minyak Arab Saudi per Desember 2016 tercatat sebanyak 10,46 juta barel per hari, dari sebelumnya 10,72 juta per hari.

Sementara Amerika Serikat (AS) menempati urutan ketiga produsen minyakterbesar dengan jumlah produksi per Desember 2016 sebanyak 8,8 juta barel per hari, turun dari 8,9 juta barel per hari pada November 2016.

Penurunan produksi ini merupakan kesepakatan Arab Saudi bersama negara-negara pengekspor minyak lainnya atau organization of petroleum exporting countries (OPEC) memangkas produksi minyak sejak November 2016 guna menstabilkan harga minyak dunia.

Seperti diberitakan Bloomberg, Selasa (21/2), Arab Saudi bersama negara-negara pengekspor minyak (OPEC) berkomitmen memangkas produksi minyaksebanyak 1,2 juta barel per hari.

Senada, negara-negara penghasil minyak lain seperti Rusia, menyatakan juga akan memangkas produksi minyak.

Dampak dari kesepakatan pemangkasan produksi tersebut, harga minyak jenis brent naik sebesar 20% bila dihitung sejak November tahun lalu hingga kini.

Sebagai informasi, Irak juga telah mengurangi produksi minyak sebanyak 180.000 barel per hari pada Desember 2016.

Negara ini juga akan kembali memangkas produksi minyak sebanyak 30.000 barel per hari pada akhir Januari 2017.

Menteri Perminyakan Irak Jabar Ali al Luaibi mengatakan, pemotongan produksi minyak tersebut dari posisi saat ini 4,75 juta barel per hari.

"Kami mematuhi kebijakan OPEC dan perjanjian OPEC," ujar Luaibi seperti dikutip Reuters dalam acara industri di Chatham House, London, akhir Januari lalu.

Irak setuju menurunkan produksi sebesar 210.000 barel per hari pada Desember 2016. "Kami memangkas produksi di Irak," kata Luaibi.

Dia menambahkan, pemotongan produksi dari ladang yang dioperasikan perusahaan minyak nasional.

Pemerintah Irak juga telah menghubungi perusahaan minyak internasional yang beroperasi di Irak dan mendapat respon baik.

Luaibi mengatakan, perusahaan Rusia, Lukoil, yang beroperasi di ladang minyakQurna Barat 2 siap mengurangi produksi 20.000 barel per hari tanpa kompensasi.

OPEC masih menjadi katalis positif bagi harga minyak. Pemangkasan produksi yang disepakati hingga bulan Juni 2017, pasti akan mengurangi produksi global. Ditambah lagi, peluang kelanjutan pembatasan produksi juga masih cukup terbuka.

Reporter: Yuwono Triatmodjo

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini