News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Cabai di Jakarta Melonjak karena Permainan Bandar di Pasar Induk

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Harga cabai rawit turun menjadi Rp 90 kilogram yang semula sampai Rp 150 ribu per kilogram di lapak pedagang sayuran Pasar Induk Bulungan, Tanjung Selor, Kaliamantan Utara, Rabu (11/1/2017). TRIBUN KALTIM/MUHAMMAD ARFAN

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengaku mendukung upaya KPPU menelusuri dugaan kartel di penjualan cabai.

"Kenaikan harga cabai itu terjadi karena panjangnya rantai distribusi, jadi pemerintah gagal memotong rantai distribusi," ujarnya.

Meskipun mendukung, tapi Ikappi meragukan faktor utama kenaikan harga cabai disebabkan permainan bandar di pasar induk.

Sudah banyak pasar kecil yang tidak lagi bergantung pada pasar induk. Banyak dari mereka yang sudah mendapatkan pasokan cabai langsung dari petani atau pengepul.

Karena itu, Ikappi meminta KPPU agar merekomendasikan kepada pemerintah untuk memotong rantai distribusi dan langsung mendistribusikan cabai rawit ke pasar.

Jika hal itu berhasil dilakukan, bukan tidak mungkin harga cabai tidak akan semahal sekarang.

Sementara untuk gula, Abdullah bilang, dugaan KPPU bahwa distributor gula ikut bermain memang perlu dicurigai. Sebab, Ikappi juga menemukan hal serupa di lapangan.

Selain itu, dia juga mempertanyakan peran Perum Bulog dalam mendistribusikan gula ke pasar.

Selama ini, lembaga pemerintah Bulog tidak mendistribusikan gula secara langsung ke konsumen, melainkan lewat jasa pihak ketiga.

Masuknya pihak ketiga itu justru membuat rantai distribusi gula menjadi bertambah panjang. "Itulah salah satu penyebab harga tetap tinggi," kata Abdullah.

 
Reporter: Noverius Laoli

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini