TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjelang dirilisnya beberapa data ketenagakerjaan Amerika Serikat(AS), valuasi mata uang Garuda berhasil ditutup menguat terhadap dollar AS dibanding sehari sebelumnya.
Penguatan ini ditengarai terjadi karena aksi profit taking karena posisi dollar AS yang dianggap sudah terlalu tinggi.
Di pasar spot rupiah ditutup menguat 0,10% ke level Rp 13.376 per dollar AS dan jika dilihat sepekan terakhir penguatannya sudah mencapai 0,40%.
Jika mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia, valuasi rupiahditutup melemah 0,15% dan sepekan sudah melemah 0,13%.
Reny Eka Putri, analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk melihat penguatan yang terjadi kali ini karena memang posisi dollar AS yang sudah dianggap terlalu tinggi.
Di awal sesi perdagangan sebenarnya mata uang garuda sudah berhasil menembus level Rp 13.398 per dollar AS, tetapi pada sesi sore arahnya mulai berbalik.
“Sepertinya ada aksi jual karena melihat dollarnya terlalu tinggi, jadi profit taking duluan,” terangnya kepada KONTAN, Jumat (10/3/2017).
Walaupun nanti malam akan dirilis beberapa data ketenagakerjaan AS, tetapi berkat aksi profit taking tersebut rupiah masih bisa ditutup menguat.
Dia menjelaskan, pasar telah menganggap nilai dollar sudah cukup menguntungkan dilakukan aksi jual dollar. Apalagi sekarang ini probabilitas kenaikan suku bunga The Fed sudah mencapai 100%.
Sedangkan melihat trend penguatan yang sudah terjadi sejak sepekan terakhir, kata Reny rupiah cukup mendapatkan sokongan positif dari kondisi domestik yang cukup baik.
Beberapa waktu lalu, cadangan devisa di akhir Februari tercatat mengalami peningkatan dari US$ 116,9 miliar menjadi sebesar US$ 119,9 miliar.
Penerimaan tersebut bahkan melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.
"Dari sisi domestik fundamentalnya cukup bagus jadi bisa menahan pelemahan," kata dia.
Reporter: RR Putri Werdiningsih