TRIBUNNEWS.COM, STOCKHOLM - Perusahaan penyedia layanan streaming musik online, Spotify, berencana menjual saham perdana ke publik di bursa efek New York Stock Exchange.
Penawaran umum perdana saham atawa initial public offering (IPO) Spotify, ditargetkan berlangsung pada akhir 2017 atau awal tahun 2018.
Dua sumber Reuters yang mengetahui rencana tersebut, Jumat (12/5), mengungkapkan bahwa nilai valuasi Spotify mencapai US$ 13 miliar.
IPO perusahaan ini menurut sumber Reuters akan menjadi yang terbesar di tahun 2017 atau 2018.
Tak kalah menariknya adalah proses IPO yang akan dilaksanakan Spotify terbilang cukup unik yang disebut direct listing.
Kebanyakan IPO pada umumnya, calon emiten biasa menunjuk bank investasi menjadi underwriters, untuk berperan sebagai perantara penjualan saham baru milik calon emiten ke publik.
Harga saham pun ditentukan setelah underwriter melaksanakan bookbuilding alias pembentukan harga berdasarkan masukan serta permintaan masyarakat, terhadap tawaran harga yang diusulkan oleh calon emiten seteleh berkonsultasi dengan underwriters.
Namun Spotify akan melakukan cara yang berbeda, lantaran tanpa menggunakan jasa underwriters. IPO secara direct listing ini juga tidak akan menjual saham baru dalam menggaet uang.
Namun dengan menjual saham yang sudah ada (existing) yang dipegang oleh karyawan dan investor existing.
Yang terjadi adalah seberapa besar keinginan investor untuk menjual atau bahkan membeli saham Spotify pada hajatan IPO tersebut.
Asal tahu saja, tahun lalu Spotify juga telah menerbitkan obligasi konversi berjumlah US$ 1 miliar kepada perusahaan ekuitas TPG Capital Management LP dan hedge fund Dragoneer Investment Group.
Kedua investor itu bisa menukar piutangnya dengan saham Spotify, yang bisa ditebus 20% lebih murah dari harga pasar.
Tindakan Spotify tanpa melibatkan underwriters dalam proses IPO itu bisa memukul bisnis bank investasi, yang banyak mendapat keuntungan dari komisi (fee), saat mengawal proses IPO dan pencarian dana lain di pasar modal.
Terlebih, riset Reuters menunjukkan bahwa IPO tahun 2016 turun 40% dari tahun 2015. IPO perusahaan teknologi yang biasanya punya pasang pasar besar, turun 56%.
Reporter: Yuwono Triatmodjo