News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bisnis Ritel Melesu Saat Masyarakat Tahan Rupiah

Editor: Ade Mayasanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Buka bersama dengan Roy Nicolas Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) di Jakarta, Senin (19/6/2017).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masa sulit bisnis ritel dalam negeri belum pulih. Hingga kuartal I, bisnis ritel terus menurun hingga 15 persen.  Padahal,  pengusaha ritel semula berharap ada angin segar di awal 2017. Pasar ritel modern berharap bisa tumbuh double digit alias di atas sepuluh persen. Namun, perkiraan itu meleset lantaran masyarakat menahan duit untuk belanja.

"Masyarakat menahan pembelian. Padahal, dashboard ekonomi kita sudah baik," ujar Roy Nicolas Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), Senin (19/6/2017). 

Menurutnya, masyarakat Indonesia ditengarai sudah masuk dalam pola belanja yang berbeda. Masyarakat tidak lagi membeli barang untuk stok. Mereka berbelanja secukupnya.

Ia menjelaskan, lesunya pasar ritel terjadi sejak 2015. Saat itu inflasi membengkak hingga 7-8 persen. Sementara dolar menguat sebesar Rp 14 ribu. Padahal, pada 2013-2014, bisnis ritel tumbuh 15 persen.

Kondisi ekonomi nasional mulai membaik pada 2016. Harga minyak pun menguat. Sedangkan makro ekonomi Indonesia bergeliat, pertumbuhan ekonomi sekitar lima persen. "Ada harapan baru. Namun, bisnis ritel hanya tumbuh 8-9 persen," paparnya.

Ia berharap, lebaran yang biasanya menyumbang cukup besar pada bisnis ritel bisa mengembalikan keadaan di kuartal kedua. Hal ini tentu merangsang pertumbuhan di kuartal tiga dan empat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini